Indonesia terkenal dengan beragam masakan khas
daerahnya. Hal ini didukung dengan kekayaan alam yang melimpah termasuk
kekayaan hasil laut yang sangat beragam. Salah satu hasil olahan yang
cukup dikenal dan digemari masyarakat luas adalah terasi. Terasi
merupakan produk olahan hasil laut setengah basah yang dibuat dari udang
atau ikan-ikan kecil yang dicampur dengan garam, kemudian diragikan.
Terasi digunakan sebagai bahan penyedap masakan seperti pada masakan
sayuran, sambal, rujak, dan sebagainya. Sebagai bahan makanan setengah
basah yang berkadar garam tinggi, terasi dapat disimpan berbulan-bulan.
Meskipun terkesan sebagai “barang murah” terasi termasuk barang yang
memiliki tingkat permintaan tinggi dan untuk saat ini, terasi tidak
hanya dipasok dari industri-industri kecil atau industri rumahan saja.
Beberapa perusahaan besar sudah merambah produksi terasi ini sebagai
lahan bisnisnya. Nah dengan demikian tidak perlu diragukan lagi bukan
bahwa barang kecil seperti terasi ini masih memiliki peluang usaha yang
berprospek cerah dan menguntungkan untuk ditekuni.
Pengolahan terasi dari ikan ataupun udang ini juga
merupakan salah satu solusi dari pemanfaatan ikan dan hasil laut lain
yang cepat mengalami proses pembusukan dibandingkan dengan bahan makanan
lain. Bakteri dan perubahan kimiawi pada ikan mati menyebabkan
pembusukan. Mutu olahan ikan sangat tergantung pada mutu bahan
mentahnya. Sebagai pedoman untuk memilih ikan yang baik berikut
ciri-ciri ikan yang segar dan ciri-ciri ikan yang sudah tidak layak
konsumsi/busuk :
Tanda ikan yang sudah busuk:
-
mata suram dan tenggelam;
-
sisik suram dan mudah lepas;
-
warna kulit suram dengan lendir tebal;
-
insang berwarna kelabu dengan lendir tebal
-
dinding perut lembek;
-
warna keseluruhan suram dan berbau busuk.
Tanda ikan yang masih segar:
-
daging kenyal
-
mata jernih menonjol
-
sisik kuat dan mengkilat; – sirip kuat
-
warna keseluruhan termasuk kulit cemerlang
-
insang berwarna merah; – dinding perut kuat
-
bau ikan segar.
Ikan merupakan salah satu sumber protein hewani yang
banyak dikonsumsi masyarakat, mudah didapat, dan harganya murah. Namun
ikan cepat mengalami proses pembusukan. Oleh sebab itu pengawetan ikan
perlu diketahui semua lapisan masyarakat. Pengawetan ikan secara
tradisional bertujuan untuk mengurangi kadar air dalam tubuh ikan,
sehingga tidak memberikan kesempatan bagi bakteri untuk berkembang biak.
Untuk mendapatkan hasil awetan yang bermutu tinggi diperlukan
perlakukan yang baik selama proses pengawetan seperti : menjaga
kebersihan bahan dan alat yang digunakan, menggunakan ikan yang masih
segar, serta garam yang bersih. Ada bermacam-macam pengawetan ikan,
antara lain dengan cara: penggaraman, pengeringan, pemindangan,
perasapan, peragian, dan pendinginan ikan. Termasuk diantaranya adalah
menjadi terasi. Bahan-bahan untuk pembuatan terasi mudah didapatkan dan
cara pembuatannya juga tidak sulit. Selengkapnya simak uraian berikut
ini.
Bahan yang digunakan dalam pembuatan terasi adalah :
Ikan laut / tawar ataupun udang (10 kg) dan Garam dapur (3 kg)
Peralatan yang dibutuhkan dalam pembuatan terasi :
-
Bak (tong kayu) tempat penggaraman
-
Pisau
-
Tampah (nyiru)
-
Peti Kayu (keranjang bambu)
CARA PEMBUATAN TERASI :
-
Pertama-tama cuci ikan kecil-kecil atau rebon (udang kecil) sampai bersih dari kotoran;
-
Masukkan ke dalam baskom penggaraman, tambahkan garam dan aduk sampai rata;
-
Kemudian tutup bak dan biarkan campuran ikan garam selama 1~7 hari (peragian I);
-
Setelah selesai peragian I, jemur rebon atau ikan di terik matahari sampai setengah kering kemudian tumbuk sampai hancur (lumat), lalu jemur lagi. Lakukan hal tersebut selama 2~4 hari (peragian II).
-
Selanjutnya terasi dicetak dan apabila perlu jemur lagi
-
Setelah terasi benar-benar kering terasi dibungkus menggunakan kertas ataupun daun kering dan siap disimpan atau langsung dipasarkan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar