Buah pisang merupakan salah satu buah
yang sering dikonsumsi dalam keadaan segar. Hal ini menyebabkan petani
pisang umumnya menjual pisang dalam keadan segar. Pengolahan buah
pisang biasanya dilakukan oleh para pengusaha dan bukan oleh petani.
Pengolahan buah pisang dilakukan baik dalam skala rumah tangga maupun
dalam skala yang lebih besar. Tingkat keuntungan yang diperoleh oleh
produsen produk olahan pisang ini lebih besar bila dibandingkan dengan
keuntungan yang diperoleh oleh petani pisang. Hal ini antara lain
disebabkan karena :
- Harga jual produk olahan pisang lebih stabil dibandingkan dengan harga jual pisang segar
- Produk olahan lebih tahan disimpan lama sehingga resiko kerugian lebih kecil
- Resiko kegagalan pada pengolahan lebih kecil bila dibandingkan dengan resiko pada budidaya.
- Kapasitas pengolahan dapat dilakukan sesuai dengan peluang pasar yang bisa diprediksi.
- Produk olahan pisang sangat beragam sehingga dapat menembus pangsa pasar yang beragam pula
PENGOLAHAN BUAH PISANG
Saat ini buah pisang sudah banyak yang
diolah menjadi berbagai produk olahan. Buah pisang yang sangat
bervariasi jenisnya mempunyai potensi masing-masing untuk diolah menjadi
produk olahan menurut sifat khusus buah pisang serta tingkat
kematangannya. Salah satu kelebihan buah pisang adalah potensinya untuk
diolah dalam kondisi bagaimanapun. Buah yang masih muda biasanya
diolah menjadi keripik, yang matang sempurna diolah menjadi pisang sale
sedangkan yang sudaj kelewat masak dapat diolah menjadi dodol. Dengan
demikian maka pengolahan bisa menyelamatkan pisang dalam berbagai
kondisi.
Pengolahan buah pisang dapat
dilakukan dengan menggunakan peralatan yang sederhana sehingga petanipun
bisa melakukan pengolahan terhadap buah pisang yang dihasilkannya.
Petani yang akan melakukan pengolahan pisang untuk dipasarkan perlu
memperhatikan beberapa hal berikut ini :
- 1. Sesuaikan jenis produk olahan dengan bahan baku yang ada.
Dalam memilih produk olahan pisang yang
akan dihasilkan selain memperhatikan jenis produk yang mudah dipasarkan
maka juga harus disesuaikan dengan komoditi yang biasa ditanamnya.
Misalnya pisang ambon khususnya yang sudah terlalu tua sebaiknya diolah
menjadi dodol pisang.
- 2. Pilih jenis produk yang tahan lama dan mudah mengolahnya
Untuk memperkecil kemungkinan kerugian
maka usahakan memilih produk olahan yang daya simpannya cukup lama,
misalnya makanan kering seperti keripik pisang atau produk yang dapat
dikemas dengan perlakuan sterilisasi atau pasteurisasi. Selain itu juga
harus diperhatikan teknologi pengolahannya tidak rumit dan tidak
memerlukan peralatan yang mahal.
- 3. Perhatikan mutu dan kontinuitas pasokan
Untuk memenangkan persaingan pasar maka
perlu diperhatikan mutu produk. Dalam hal ini petani pisang sangat
memungkinkan dalam melakukannya karena produk petani tentu akan
menggunakan bahan alami sementara produk olahan di pasaran saat ini
banyak yang tidak mengunakan bahan alami. Selain itu juga perlu
dilakukan pengaturan waktu dan jumlah produksi sehingga tidak terjadi
kekosongan produk di pasaran.
- 4. Harga.
Petani harus mampu menghasilkan produk
dengan harga yang bersaing, untuk itu perlu pemilihan komoditi yang
tidak banyak menggunakan bahan baku yang harus dibeli sehingga harga
jual bisa ditekan. Misalnya buah yang harga jualnya dalam keadaan segar
sangat murah maka diusahakan untuk diolah dalam jumlah yang relatif
besar.
- 5. Bekerja dalam kelompok.
Untuk memudahkan produksi dan pemasaran
maka sebaiknya petani bekerja dalam kelompok (Kelompok Tani/Kelompok
Usaha). Untuk itu diperlukan manajemen kelompok yang baik sehingga
setiap anggota kelompok akan mendapatkan manfaat dari kelompok
tersebut. Dalam kelompok ini juga diperlukan pengaturan produksi dan
tenaga kerja secara efektif dan efisien.
- 6. Pemasaran.
Petani berproduksi harus berorientasi
terhadap pasar. Namun dalam kondisi seperti saat sekarang dimana pasar
sangat dinamis dan kompetitif, maka sebagai pemain baru tentu petani
relatif sulit dalam menembus pasar. Dalam hal ini sangat diperlukan
peran Pemerintah Daerah guna memperlihatkan keberpihakannya secara
nyata. Hal ini bisa dilakukan dengan memfasilitasi pemasaran produk
hasil olahan Kelompok Tani ini ke berbagai institusi atau daerah
lainnya. Peran Pemda sebagai fasilitator ini cukup dilakukan sampai
produk Petani ini dikenal oleh pasar dan mempunyai pemasaran yang baik,
karena bantuan yang terus menerus justru kurang baik terhadap proses
pemberdayaan Kelompok Tani itu sendiri.
7. Kemasan.
Pada saat sekarang konsumen sudah semakin
kritis sehingga faktor keamanan pangan menjadi salah satu perhatian
utama. Untuk itu perlu dipilih kemasan yang dapat mempertahankan daya
simpan bahan makan yang dihasilkan. Selain itu juga diperhatikan
kemasan yang menarik, karena pada dasarnya yang pertama menikmati suatu
produk adalah mata sehingga faktor penampilan memegang peranan yang
sangat penting.
Produk olahan pisang dapat dikemas
dalam berbagai bentuk yang menarik. Dodol pisang dapat dikemas dalam
bentuk potongan kecil yang bebentuk bulat, petak-petak dan sebagainya
dan dibungkus dengan plastic atau kertas sebagai kemasan sekunder bisa
dikemas lagi denga plastic denmgan ukuran yang lebih besar atau kemasan
kotak keta. Keripik pisang bisa diiris dengan bentuk sayatan
melintang,.
PEMASARAN PRODUK OLAHAN PETANI
“Berproduksi dengan berorientasi pasar”
merupakan ungkapan yang sudah sering kita dengar di berbagai kesempatan
tapi dalam kenyataannya seringkali ungkapan tersebut sulit
diimplemantasikan, khususnya oleh petani dengan segala keterbatasannya.
Akan tetapi bila difasilitasi secara tepat dan berkesinambungan maka
pada saatnya petani akan dapat menerobos pasar. Salah satu hal yang
perlu diperhatikan adalah bahwa petani membutuhkan fasilitator bukan
“bantuan” yang justru menjadikan petani menjadi tidak kreatif dan
mandiri. Petani tidak bisa dijadikan sebagai objek dalam suatu
kegiatan tetapi harus dijadikan sebagai subjek sehingga dapat terwujud
pemberdayaan dalam arti yang sesungguhnya.
Petani sebaiknya tidak hanya diposisikan
sebagai produsen bahan mentah tapi secara bertahap harus diusahakan
menjadi produsen bahan olahan. Dengan demikian tingkat keuntungan yang
diperoleh menjadi lebih baik. Mengubah kebiasaan petani yang biasanya
hanya bergerak pada kegiatan budidaya menjadi petani yang sekaligus juga
mengolah hasil budidayanya bukan sesuatu yang mudah tapi juga bukan
merupakan suatu hal yang mustahil.
Petani pisang mempunyai peluang yang
sangat besar untuk melakukan usaha pengolahan karena tanaman pisang
tidak mengenal musim sehingga produksi makanan olahan dari buah pisang
dapat diproduksi sepanjang waktu. Selain itu semua jenis pisang dalam
kondisi bagaimanapun bisa diolah menjadi makanan olahan.
BEBERAPA PRODUK OLAHAN PISANG YANG BISA DIPRODUKSI PETANI
- 1. KERIPIK PISANG
Semua jenis pisang pada dasarnya bisa
diolah menjadi keripik. Pengolahan keripik pisang dilakukan dengan
menggunakan pisang yang masih muda. Keripik pisang pisang sebaiknya
diolah tanpa menggunakan pewarna. Biasanya keripik pisang dikemas
dengan menggunakan plastic. Untuk menjadikan keripik pisang lebih
menarik konsumen maka bisa dilakukan pembumbuan terhadap keripik pisang.
Bumbu bisa menggunakan tepung gula atau ditaburi dengan tepung gula
yang dicampur dengan bahan lain seperti tepung cokelat.
A. BAHAN YANG DIPERLUKAN :
- Pisang (matang fisiologis/tua)
- Gula pasir
- Garam
- Margarin
- Minyak goreng
B. ALAT YANG DIPERLUKAN
- Wajan penggoreng
- Kompor
- Serok penggorengan
- Sendok besi
C. CARA KERJA :
Cara I.
- Pemilihan pisang. Pisang dipilih yang sudah tua, kemudian dikupas, sementara itu dibuat larutan gula dan garam.
- Pisang langsung diiris tipis-tipis ke dalam minyak yang sudah panas.
- Jika menginginkan rasa manis, diakhir penggorengan masukkan larutan gula dan garam , lalu diaduk dengan merata.
- Lakukan penggorengan sampai garing, lalu ditiriskan.
- Setelah dingin, kripik pisang sudah bisa dikemas dengan plastik.
Cara II.
- Pengupasan. Buah pisang yang sudah terpilih untuk dijadikan keripik dilakukan pengupasan
- Perendaman. Buah pisang yang telah dikupas direndam dalam larutan Na-bisulfir (NaHSO3) 0,3 % – 0,5% selama 10 menit.
- Pengirisan. Daging buah diiris dengan parutan langsung ke dalam minyak panas.
- Penggorengan. Irisang pisang digoreng dalam minyak panas
dalam jumlah yang banyak , dan kedalam minyak ditambahkan
margarine untuk menghasilkan keripik yang renyah dan warna
kekuningan.
- Pendinginan pertama : irisan pisang digoreng setengah matang kemudian diangkat dan ditiriskan.
- Pemberian bumbu.Jika menginginkan rasa bawang putih
celupkan keripik setengah kering ke dalam larutan bawang
putih dan garam, kemudian digoreng kembali sampai kering
- Pengemasan. Setelah digoreng dilakukan penirisan minyak dan setelah dingin dikemas dalam plastik dan disealer.
- 2. PISANG SALE
Pisang sale adalah pisang matang konsumsi
yang telah dikeringkan. Pengeringan menyebakan kadar air turun dan
secara relatif kadar gula naik. Warna pisang sale berkisar antara coklat
muda sampai coklat kehitaman. Biasanya pisang dijemur untuk
menjadikannya pisang sale. Produk akan lebih baik mutunya jika pisang
dikeringkan dengan alat pengering. Pisang sale dibagi dua yaitu pisang
sale basah dan pisang sale goreng. Pisang sale basah dibuat tanpa
penggorengan tetapi setelah pengeringan langsung dikemas. Pisang sale
goreng dibuat dengan mencelupkan pisang sale setelah penggorengan ke
dalam adonan tepung.
Pisang sale dibuat dengan menggunakan
pisang yang sudah masak. Yang sangat mempengaruhi mutu pisang sale
anatara lain adalah tingkat kematangan pisang, kadar gula buah pisang,
proses pengeringan dan penggorengan. Pisang sale sebaiknya menggunakan
kemasan primer dengan menggunakan plastik dan kemasan sekunder denga
menggunakan kotak kertas.
A. BAHAN YANG DIPERLUKAN
- Pisang yang telah matang konsumsi, dan manis rasanya.
- Tepung beras
- Tepung ubi kayu/tapioka
- Minyak goreng
- garam
- Vanile
- Gula
B. ALAT YANG DIPERLUKAN :
- Pisau
- Tampah/samir
- Wajan
- Kompor
C. CARA KERJA :
- Pengupasan
Pisang dikupas, kemudian permukaan daging buah dikerok. Jika pisang berukuran besar, pisang dapat dibelah 4 atau 2 memanjang.
- Penggulaan.
Pisang yang rasanya kurang manis di taburi gula pasir sehingga seluruh permukaannya tertutup lapisan tipis gula.
- Penjemuran.
Pisang tersebut diletakkan di atas
tampah, kemudian dijemur. Pada hari kedua, pisang yang masih basah,
dapat ditekan dengan papan agar sedikit pipih. Jika penekanan terlalu
kuat, pisang akan retak atau pecah. Penekanan ini diulangi setiap hari
sampai bahan agak kering. Bahan yang agak kering menjadi agak alot,
lentur, dan tidak mudah patah. Produk yang diperoleh dari proses ini
disebut sebagai pisang sale segar.
- Pengeringan dengan alat pengering.
Jika menginginkan pengeringan yang lebih
cepat, langit berawan atau hari hujan pisang dapat dikeringkan dengan
menggunakan alat pengering. Pengeringan akan berlangsung anatara 18
sampai 24 jam tergantung pada suhu pengeringan. Dianjurkan suhu
pengeringan tidak kurang dari 50°C dan tidak lebih dari 70°C. Jika suhu
terlalu rendah, waktu pengeringan akan terlalu lama. Jika terlalu panas,
tekstur pisang sale akan kurang baik. Selama pengeringan, sekali 3 jam,
pisang dapat juga ditekan agar semakin pipih. Pengeringan dilakukan
sampai kadar air di bawah 18%. Produk yang diperoleh dari proses ini
disebut sebagai pisang sale segar.
Pisang sale segar dapat digoreng.
Terlebih dahulu pisang sale dicelupkan ke dalam adonan tepung. Adonan
ini terdiri dari campuran tepung beras (1 bagian), air (3 bagian),
garam, vanile (secukupnya) dan tepung kayu manis (secukupnya). Setelah
itu, pisang sale digoreng dengan minyak panas (170°C) sampai garing.
Produk yang diperoleh disebut pisang sale goreng.
- Pengemasan.
Pisang sale segar atau pisang sale goreng dikemas didalam kantong plastik.
- 3. DODOL PISANG
Pembuatan dodol pisang dapat dilakukan
untuk memanfaatkan buah pisang yang sudah terlalu masak. Pisang dalam
kondisi seperti ini justru baik diolah menjadi dodol karena mudah
menghancurkannya dan rasanyapun biasanya lebih manis. Dodol pisang bisa
dibuat dengan menggunakan aneka bumbu sesuai dengan selera konsumen
seperti meneggunakan gula aren, susu, bubuk cokelat dan sebagainya.
Penampilan dodol pisang bisa
divariasikan dengan mengatur bentuk potongannya. Selain itu kemasanya
juga bisa dilakukan dengan berbagai bahan seperti plastik, kotak kertas
dan sebagainya. Dodol merupakan makanan tradisional yang cukup populer
di beberapa daerah Indonesia. Dodol diklasifikasikan menjadi dua, yaitu
dodol yang dibuat dari bubur buah utuh dan dodol yang dibuat dari
tepung-tepungan. Dodol buah sebaiknya dibuat dari buah yang mature
(masak) penuh dan seragam tingkat kematangan dengan penambahan gula dan
bahan-bahan lainnya.
Hampir semua jenis buah dapat diolah
menjadi dodol, citarasa dodol yang dihasilkan tergantung dari jenis yang
digunakan. Rasa dan aroma yang dihasilkan akan sama dengan buah yang
aslinya. Pembuatannya sangat sederhana sehingga dapat dibuat sebagai
uasaha rumah tangga. Bahan pembantu yang digunakan berupa tepung ketan,
tepung hunkue, tepung sagu, gula, santan, margarine, asam sitrat.
A. BAHAN YANG DIPERLUKAN :
- Pisang matang (dijadikan bubur buah 1 kg)
- Gula merah
- Gula pasir
- Tepung ketan
- Santan kental
- Garam dapur
B. ALAT YANG DIPERLUKAN :
- Wajan
- Baskom
- Cetakan dodol
- Pisau
C. CARA KERJA :
- Pengupasan dan pengukusan.
Buah pisang dikupas dan dikukus selama 10 menit, tujuannya untuk mencegah timbulnya warna coklat pada pisang.
Setelah dikupas buah pisang dipotong kecil-kecil dan dihancurkan dengan blender hingga menjadi bubur buah.
Tambahkan gula pasir 250 gr dan gula
merah 750 gr yang telah disaring, tepung ketan 250 gr, santan kental 1
liter, margarine, garam dan asam sitrat ke dalam bubur buah.
Penambahan asam sitrat 1,5 – 2 g/kg bubur buah. Masak adonan sampai
kental kira-kira 30 menit tergantung pada jumlah adonan, sambil
dilakukan pengadukan hingg a terbentuk adonan yang liat, berminyak dan
tidak lengket.
Segera tuangkan adonan yang telah kalis
ke dalam cetakan atau baki dengan ketinggian 1 – 2 cm, sambil
ditekan-tekan agar padat dan rata. Sebelumnya cetakan atau baki dialasi
dengan plastik atau daun pisang yang telah diolesi minyak. Kalau tidak
ingin dicetak bisa langsung dibungkus dengan plastik dan dibentuk
bulat-bulat.
Adonan dalam cetakan dijemur sampai agak kering atau bisa juga menggunakan alat pengering.
- Pemotongan dan pelapisan dengan lemak.
Dodol yang telah mengeras
dipotong-potong, kemudian dicelupkan ke dalam lemak cair, dan segera
diangkat. Dodol dibiarkan sampai lemak pada permukaan dodol mengeras.
Potongan dodol dibungkus dengan kertas
minyak, kertas kue atau plastik, dan kemudian dikemaas dalam plastik dan
diseal atau dikemas dalam kotak.