Terkikis tangis menggigil tanpa air mata
Sayup-sayup suaranya nyaring dan menggema di telinga
Satu demi satu buliran air menetes di pipi
Terus mengalir sampai di belahan bibir nan ranum
Air mata berpacu seperti balap motor yang salip-menyalip
Merona merah menyala, raut wajah yang kuyu
Di depannya terbujur seorang yang dicintainya
Diam, tak bicara, mungkin dia mendengar dialam sana
Seperti tak percaya, tapi tiada karena ada
Dan ini saling sahut menyahut seiring cicit burung kenari
Dalam sangkar dewa.
Tetes demi tetes terus mengalir tak ada yang sanggup membendungnya
Hanya terdengar ‘kowe kudu kuat, isih ono cobaan sing luwih abot nang ngarep’
Tataplah jiwamu, biarkan dia pergi dalam pelukan sang maha
Karena dengan itu kamu laksana dewa yang perkasa dan bijaksana..
Kamu, aku, dia, mereka, semua laksana malaikat yang akan terbang pada waktunya
Tidak ada komentar:
Posting Komentar