Euphorbia hirta L. (Euphorbiaceae)
Patikan Kebo
Didik Gunawan dkk, 1998, Tumbuhan oBat Indonesia., PPOT UGM.Sinonim —
Deskripsi
Merupakan herba menahun. Batang lunak, hijau coklat ungu, tidak begitu kuat menyangga daun, hingga tumbuhnya seperti menjalar, beruas, bulat, berbulu, bergetah banyak, putih. Daun tunggal berbentuk taji berhadapan dan berbulu, permukaan helai atas dan bawah berbulu, ujung dan pangkalnya runcing, tepi bergerigi, pertulangan menyirip, tangkai 2-4 cm. Bunga tumbuh di ketiak daun, kelopak bentuk cawan, ungu hijau, mahkota berambut. Buah kotak, biji kecil coklat.9, 10
Sering tumbuh liar di dataran rendah hingga dataran tinggi dengan ketinggian sampai 1400 m d.p.l. pada tanah yang tidak terlalu lembab, dan biasanya berumpun.2, 6
Kegunaan di Masyarakat
Rebusan (dekokta) tanaman ini biasanya digunakan untuk pengobatan gangguan pernapasan menahun (asma) dan gangguan pengelihatan. Juga digunakan untuk obat batuk dan sariawan. Di Nigeria digunakan pada penyembuhan luka, untuk pengobatan yang disebabkan karena mikroba antara lain gonorhhoea, disentri.1, 10
Kandungan kimia
Mengandung 2% xanthorhamnin. Getahnya mengandung euphorbon (zat yang menyebabkan gatal-gatal pada kulit, bagi yang tidak tahan). Herba kering mengandung asam galat, quercetin, triacontane, phytosterol, phytosterolin, jambulol, melissic, gallic, palmitic, linolic, oleic acids, ellagic acid, senyawa fenolik C28H18O15 dan euphosterol C25H39OH. Juga dilaporkan mengandung taraxerol t.l. 275-277oC dan taraxeron t.l. 237-238oC.7, 11
Xanthorhamnin (7-methylquercetin-3-rhamninoside C34H42O20) adalah kristal kuning t.l. 195oC, larut dalam air dan alkohol, praktis tidak larut dalam eter, benzena, karbon disulfida. Ketika dipanaskan dalam larutan asam sulfat 1% selama 0,5 jam akan terurai menjadi aglikon rhamnetin dan 2 mol. L-rhamnose. Namun bila dihidrolisis dengan enzim rhamnodiastase akan terurai menjadi rhamnetin dan rhamninose. (Cat. : senyawa ini juga terkandung dalam tanaanan Rhamnus infectoria L.).
Pada jenis lain (Euphorbia peplus) ditemukan b-Sitosterol 0,1%, senyawa sterol (belum teridentifisir, 0,005% dengan jarak lebur 204-205°C), triterpenoid (belum teridentifisir 0,05%, dengan jarak lebur 280-281°C) quercetin 0,16%, hyperoside 0,23% kaempferol monosaccharide 0,36%.4
Akar Euphorbia calyptrata ditemukan: euphol (triterpenoid), caducifolin (diterpene lactone), ingenol-3-hexadecanoate (diterpene), helioscopinolides D dan E, helioscopinolides A dan C.8 Pada jenis lain (Euphorbia sieboldiana) ditemukan golongan senyawa diterpene ent-atisane-3b,16a,17-triol, helioscopinolide A (3b-O-acetyl-ent-atisane-16a,17-diol), ingenol-20-palmitate.3
Efek Biologik
Ekstrak air Euphorbia hirta L. yang telah dibebaskan dari senyawa lipofilik mempunyai efek analgetik pada susunan syaraf pusat dan mempunyai efek sedatif (dengan takaran 100 dan 400 mg/kg). Disamping itu ekstrak air bebas senyawa lipofilik mempunyai efek pula sebagai penurun panas, yang diakibatkan karena yeast (dengan takaran 100 dan 400 mg/kg). pada takaran 20-25 mg/kg secara intra peritoneal dan berefek antiradang yang ditimbulkan karena carrageenan dengan takaran 100 mg/kg.5
Ekstrak air bebas senyawa lipofilik mempunyai potensi terhadap Entamorba histolytica dan dapat menghambat pertumbuhan bakteri Gram positif dan Gram negatif (Staphyllococcus aureus, S.faecalis S.dysentriae, Salmonella typhi, Pseudomonas aeruginosa, Entamuba. Ekstrak batang mempunyai potensi lebih besar dari pada ekstrak bagian lain terhadap bakteri Gram positif maupun bakteria Gram negatif.1
Efek yang tidak Dikehendaki —–
Toksisitas
Herba yang berasal dari tanaman yang tumbuh di daerah tertentu dilaporkan ada yang mengandung racun cyanide (HCN).7, 11
Dosis
Untuk obat batuk dipakai ± 20 gram daun segar direbus dengan 2 gelas air selama 15 menit (dihitung setelah mulai mendidih). Hasil rebusan disaring dan diminum sehari dua kali masing-masing setengah gelas.9
Budidaya —–
Kepustakaan
1. Ajao A.O; Emele F; Femi-Onadeko B; 1985, “Antibacterial Activity of Euphorbia hirta”., Fitoterapia, Vol. LVI, No.3, p.165-171.
2. Heyne, K., 1987, Tumbuhan Berguna Indonesia, jilid II (terjemahan), Yayasan Sarana Wanajaya, Jakarta, p.1213-1214
3. Jia Z., Ding Y., 1991, “New diterpenoids from Euphorbia sieboldiana”., Planta Med., Vol.57, p. 569-571
4. Khafagy S.M; Gharbo S.A; Abdel Salam N.A; 1975, “Phytochemical Study of Euphorbia Peplus”., Planta Medica, vol.27, p.387-394.
5. Lanhers M.C; Fleurentine J; Dorfman P; Mortier F; Pelt J.M; 1991. “Analgesic, Antipyretic and Anti-Inflamatory Properties of Euphorbia hirta”., Planta Medica, 57, 225-231.
6. Mardisiswojo S; Radjak mangunsudarso H; 1965, Tjabe Pujang Warisan Nenek Mojang, Cetakan Pertama, Penerbit Prapantja, hal.52.
7. Perry L.M., 1980, Medicinal Plants of East and Southeast Asia : Attributed, Properties, and Uses., The MIT Press., Massachusetts., p. 143
8. Speroni E; Colletti B; Minghetti A; Perellino N.C; Guicciardi A; 1991, “Activity on the CNS of Crude Extracts and Some Diterpenoids Isolated from Euphorbia Calyptrata Suspended Culture”., Planta Medica, 57, p.531-535.
9. Sri Sugati, 1991 Sugati S., Johny Ria Hutapea, 1991, Inventaris Tanaman Obat Indonesia., Jilid I., Balitbang Kesehatan., DepKes RI. Jakarta., p. 244-245
10. van Steenis M.J; 1963, Select Indonesian Medicinal Plants, Bulletin No. 18, Organization for Scientific Research in Indonesia, p.22
11. Watt J.M., & M.G. Breyer-BrandWijk, 1962, The Medicinal and Poisonous Plants of Southern and Eastern Africa., 2nd Ed., E. S. Livingstone Ltd. London., p. 408-411
Tidak ada komentar:
Posting Komentar