Kaempferia galanga L. (Zingiberaceae)
Kencur
Didik Gunawan dkk, 1998, Tumbuhan Obat Indonesia. PPOT UGMSinonim —
Deskripsi
Tumbuhan herba/terna perenial dengan kumpulan daun berbentuk roset dekat permukaan tanah. Batang semu, pangkalnya membentuk rimpang. Rimpang bercabang-cabang sangat kuat, pada bagian akarnya di beberapa tempat menjadi umbi warna putih, kekuningan, membulat atau memanjang, aromatis, berair dan rapuh. Daun umumnya 2, jarang 1 atau 3, bentuk helai daun bulat panjang (elips) tumbuh mendatar di permukaan tanah..5 Bunga majemuk, panjang sampai 4 cm, terdiri atas 4-12 bunga berwarna putih dengan garis violet, daun pelindung 2, sempit. Tandan bunganya tumbuh di pucuk di antara helai daun, daun mahkota putih, harum, bentuk tabung, benang sari steril bentuk lembaran, berlekatan warna ungu, kepala sari besar.1, 5, 9
Tanaman ini berasal dari daerah tropis Asia. Sekarang banyak tumbuh di Jawa Tengah dan Jawa Timur, ia tumbuh baik pada tanah berpasir yang subur. Pada musim kemarau kehilangan daun-daunnya, oleh karenanya harus segera dipanen agar rimpangnya tidak terlanjur busuk.5
Kegunaan di Masyarakat
Rimpang digunakan untuk bumbu masak, obat batuk dan nyeri dada.7, 9
Minyak atsiri dipakai untuk aromaticum, corrigen odoris ataupun sebagai odoransia.
Rimpangnya bersifat analgeticum, yakni bisa meredakan rasa sakit pada gigi, sakit kepala ataupun rematik. Juga merangsang keluarnya angin perut (carminativum), penghangat badan serta stimulansia. Rimpang yang dimaserasi dengan alkohol digunakan untuk mengurut kaki keseleo, otot kaki yang layu ataupun untuk mengencangkan urat-urat / otot-otot.2
Kandungan Kimia
Rimpang mengandung minyak atsiri yang tersusun dari monoterpenoid, sesquiterpenoid (komponen utama adalah ethylesthercinnamic acid dan ethylesther p-methoxycinnamic acid), borneol, Camphene, p-methoxystirene, l-D3-carene, n-pentadekane, p-methoxystyrene. Di samping itu terdapat pula golongan senyawa flavonoid.2, 3, 6
:
:
:
Borneol (C10H18O) banyak tersebar di alam sebagai komponen minyak atsiri. Di bidang industri borneol murni bersama juga isoborneol digunakan sebagai bahan baku penyusun parfum dan bahan pengester. Borneol murni bersifat racun, mengakibatkan kekacauan mental dan bingung.8
Sifat-sifat fisika minyak kencur 2:
Bentuk cairan, aromatis, rasa pedas, berwarna kuning jernih sampai kuning kotor.
Berat jenis pada 30o —————————– 0,8792 – 0,8914
Rotasi optik spesifik pada 30o :—————- -2o 36′ sampai -4o 30′
Indeks bias pada 30o ————————— 1,4773 – 1,4855
Bilangan asam ————————————- 0,5 – 1,3
Bilangan penyabunan ————————– 99,7 – 109,0
Bilangan penyabunan setelah asetilasi —— 110,1 – 116,3
Persyaratan mutu.2
Sebagai obat, bahan ini tersedia dalam bentuk simplisia Kaempferiae Rhizome, yaitu rajangan rimpang kencur yang telah dikeringkan di bawah sinar matahari tak langsung atau pemanas lain yang cocok, hingga kadar minyak atsiri tidak kurang dari 2,4%.
Kadar abu ————————————- tidak lebih dari 2,2%
Kadar sari yang larut dalam air ———– tidak kurang dari 14%
Kadar sari yang larut dalam alkohol —– tidak kurang dari 4%
Bahan organik asing ———————— tidak lebih dari 2% 2
Efek Biologik
Cinnamic acid ethylesther dan p-methoxy-cinnamate bersifat toksis terhadap larva Spodophtera littoralis.6
Toksisitas
Memiliki sifat halusinogenik.3
Dosis
Untuk obat batuk ± 5 gram rimpang segar dikunyah mentah sampai halus dan lalu ditelan.
Budidaya
Bibit yang ditanam adalah potongan-potongan rimpang yang bermata tunas dengan jarak tanam (40-60 cm) sampai (20-60 cm). Tumbuh baik pada tanah berpasir yang subur pada guludan dan bedengan yang gembur.
Perbanyakan tanaman dengan rimpang yang bermata tunas dengan jarak tanam (40-60 cm) x (20-60 cm).
Penggunaan pupuk kandang sangat dianjurkan pada saat pengolahan tanah, sehingga pemupukan N dan K diperlukan untuk meningkatkan pertumbuhan tanaman dan pembentukan rimpang serta umbi. Penyiangan gulma perlu dilakukan rutin secara periodik.5
Kepustakaan
1. Backer G.A., and RCB. Bakhuizen, 1965, Flora of Java., Vol. 2., P. Noordhoff, Groningen., The Netherland.
2. Didik Gunawan, Sri Mulyani, CJ. Sugihardjo., Kunsumardiyah, 1989, Empon-empon dan Tanaman Lain dalam Zingiberaceae., Perhimpunan Peneliti Bahan Obat Alami (PERHIPBA) Kom. Yogyakarta., IKIP Semarang Press., Semarang. P. 38-40
3. Duke, J.A., 1985, CRC-Handbook of Medicinal Herbs., CRC-Press Inc., Boca Raton., p. 259
4. Nadkarni A.K;1954, Indian Materia Medica., 3rd Edition, Dhoota papeswar, Prakashan Ltd; p.217
5. Ika Sastrahidayat R; Soemarno D.S., 1991, Budidaya Tanaman Tropika, Penerbit Usaha Nasional, Surabaya. p. 133.
6. Pandji C; Grimm C; Wray V; Witte L; Proksch P; 1993. Insecticidal constituents from four species of the Zingiberaceae, Phytochemistry, p.415-419
7. van Steenis, M.J., 1953, Select Indonesian Medicinal Plants, Organization for Scientific Research, p.50
8. Stecher P.G. (Editor), 1968, The Merck Index : an Encyclopedia of Chemicals and Drugs., Merck & Co, Inc. USA., p. 161 & 198
9. Tjitrosoepomo G; 1994. Taksonomi Tumbuhan Obat-obatan, Gadjah Mada University Press. p.433.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar