selamat datang

wellcome di peluang & spirit

Senin, 28 Februari 2011

Buk- Alpinia galanga (Laos/lengkuas)

Alpinia officinarum Hance. (Zingiberaceae). Lengkuas
Sinonim
Languas galanga, Alpinia galanga SW., Alpinia pyramidata Bl. Galanga officinalis Salisb. Maranta galanga L.
Didik Gunawan
Deskripsi
Tumbuhan herba/terna menahun tinggi 1,5 – 2 m, tegak, terestrial, dengan kumpulan daun berbentuk roset dekat permukaan tanah. Akar serabut tum­buh di sekitar rimpang, warna coklat muda. Tidak berbatang nyata, batang terdapat di dalam tanah sebagai rimpang. Rimpang bercabang sangat kuat, cabangnya banyak, berumbi, aromatik. Akar sangat banyak. Umbi berwarna putih dengan tepi berwarna coklat kekuningan. Daun biasanya 2, jarang 1 atau 3, bentuk elip besar atau bulat, dengan pangkal daun membulat sampai agak berbentuk jantung, menyempit ke arah tangkai, segera sangat pendek meruncing, permukaan atas daun suram, berambut, dengan tepi oranye atau coklat merah, hijau, bagian bawah hijau pucat, daging daun seperti kulit, panjang helaian 7-15 cm, lebar 2-8,5 cm, tangkai daun 3-10 mm, ligula sangat pendek, pelepah daun terdapat di dalam tanah, berwarna putih, panjang 1,5-3,5 cm. Bunga majemuk, silindris, ke­luar tersendiri di ujung batang, panjang sampai 4 cm, dengan 4-12 bunga atau lebih, daun pelindung 2, sangat sempit, 3-3,5 cm. Kelopak bunga dengan ujung bergigi dua. Daun mahkota berwarna putih, berbau harum, bentuk tabung dengan ukuran 2,5-5 cm. Benang sari steril berbentuk lembaran, berlekatan berbentuk bibir (labellum), di bagian bawah tengah-tengahnya berbercak ungu, yang lain putih atau ungu cerah dengan titik-titik ungu, kepala sari besar. Buah bulat, keras.2, 10
Kegunaan di masyara­kat
Digunakan untuk pe­nyembuhan penyakit ku­lit panu, eksem, ko­reng, ma­suk angin, perut tidak enak, kurang nafsu ma­kan, gangguan perna­fas­an (bron­chial catarrh) pada anak-anak, juga untuk stimu­lan­sia aromatikum.6, 7, 12
Sebagai obat dalam rimpang lengkuas digunakan untuk mengobati gangguan pencernaan, meredakan kolik atau mules (meredakan ak­ti­vi­tas peristaltik usus). Sebagai penawar keracunan makanan dan anti ke­jang. Juga untuk obat kanker pada lambung.8
Parutan rimpang segar digunakan untuk menanggulangi gangguan limpa dan herpes. Uap yang diperoleh dari hasil peng­em­bunan kukusan tunas batang digunakan untuk mengobati sakit te­linga.3, 8
Bubur bayi sering diberi bumbu rimpang lengkuas ini, disamping supaya sedap, juga dimaksudkan untuk mencegah kembung pada bayi.

Untuk obat luar, rimpang ini digunakan sebagai obat gosok (dima­serasi dengan anggur), obat kulit melepuh, sebagai anti jamur (obat panu dan penyakit kulit lainnya).8
Daunnya di-infus atau dekok digunakan sebagai stimulansia, dan campuran air mandi untuk pembersih badan setelah melahirkan dan meredakan rasa sakit pada rematik (dikenal dengan istilah “mandi hangat”). Bijinya juga berbau aromatis, digunakan untuk meredakan kolik / mules perut, diare dan anti mual.3, 8
Rimpangnya sendiri merupakan bahan bumbu dapur yang penting da­lam resep-resep masakan Indonesia, untuk bumbu dendeng, kuah sa­te dan lain sebagainya. Sedangkan ampas rimpang laos setelah diam­bil pa­tinya, dicampur dengan parutan kelapa, ditambah “tempe bosok”, ga­ram, bawang putih dan kencur digunakan sebagai bahan ma­kanan lain yang disebut gembrot (Jawa), biasa dimakan bersama cabe merah se­telah terlebih dahulu dipanggang dalam bungkus daun pisang.3

Kandungan kimia
Rimpang mengan­dung 0,5-1% minyak at­siri yang terdiri dari Ses­quiterpene hydrocarbon, Sesquiterpene alcohol se­bagai komponen utama; minyak atsiri terdiri atas 5,6% cineole, 2,6% Methylcinnamate. Di samping itu terdapat pula (walau dalam jumlah relative kecil) Eugenol; Galangol (Diaryl heptanoid) (senyawa berasa pedas), Gi­ngerol; Acetoxychavicol acetate, Acetoxyeugenol acetate, Caryo­phy­llenol-1.4, 5

Gingerol C17H26O4 juga terkandung dalam rimpang jahe (Zingiber officinale Roscoe.) berupa minyak berwarna kuning, rasa pedas, indeks bias 1,5212. Larut dalam alkohol, eter, kloroform, benzena dan sedikit larut dalam petroleum eter panas.11




str 6



Kaempferitrin (Kaempferol rhamnoside, C27H30O14) merupakan jarum warna putih dengan jarak lebur 190-192oC, sangat su­kar larut dalam air dan alkohol mendi­dih. Apabila mengalami hidrolisis maka senyawa ini akan terurai menjadi kaemp­ferol dan 2 molekul Rhamnose.11
Selain minyak atsiri terdapat pula flavonoid turunan quercetin, Kaempferide, 7-Hydroxy-3,5-dimethoxy flavone, Galangin (3,5,7-tri­hydroxyflavone), Alpinin, Isorham­ne­tin, Kaempferol, Kaempferol-4-methylether, Kaempferol-7-methyl­ether, Quercetin, Quercetin-3-me­thylether, sterol-sterol lain dan gliko­sida sterol.1, 7, 12
Kaempferol, C15H10O6 berbentuk jarum warna kuning, jarak lebur 276-278oC. Sukar larut dalam air, larut dalam alkohol panas, eter atau basa. Dengan pereaksi ferric chloride akan memberi warna hijau, de­ngan pereaksi ferric ammonium sulfat memberi warna purple. Senya­wa ini bersifat mereduksi larutan Fehling dan perak ammoniakal.11
Quercetin, C15H10O7 adalah bentuk aglikon dari glikosida quer­citrin (yang telah melepas molekul L-Rhamnose) merupakan jarum ku­ning yang larut dalam asam asetat glasial. Satu gram larut dalam 299 ml alkohol dingin, dan larut dalam 23 ml alkohol mendidih. Apabila bercampur dengan larutan basa akan memberi warna kuning kehijauan. Praktis tidak larut dalam air. Dengan pereaksi ferric chlo­ride memberi warna coklat kemerahan setelah dipanaskan. Kegunaan dalam peng­obatan adalah un­tuk mengobati kerapuhan pembuluh darah kapiler. Dosis 10-20 mg. LD50 per oral pada mencit adalah 160 mg/kgBB.11
Dari jenis alpinia yang lain (Alpinia speciosa) ditemukan 28 ma­cam komponen minyak atsiri, yakni:
a-Thujene, d-a-Pinene, Camphene, sabinene, b-Pinene,  Myrcene,
a-Phellandrene, a-Terpinene,   p-Cymene, Limonene, 1,8-Cineole, a-Ter­pinene, a-Terpinolene, Linalool, a-Thujone, trans-Pinocarvenol, 4-Terpineol, a-Terpineol, Myrtenol, Verbenone, trans-Carveol, Car­vone, Peryllaldehyde,     Isobornylacetat, Terpenylacetate, b-Bour­bonene, b-Carryophyllene,
trans-
b-Bergamotene.  Methyl cinnamate, p-cymene,
1,8-Cineole,dan a-terpinene merupakan komponen utama).12
Sifat-sifat Minyak Lengkuas : (menurut Schimmel & Co) 3
Berat jenis 15o ——0,9847
Rotasi optik                + 4o 20′
Indeks bias 20o :       1,5164
Bilangan asam            1,8
Bilangan ester             145,6
Kandungan eugenol  3 – 4%
Kelarutan                       Campur dengan alkohol absolut
Persyaratan Mutu 3 :
Sebagai bahan obat, yang digunakan adalah lengkuas dalam ben­tuk simplisia (disebut Galangae Rhizome), yaitu bentuk rajangan rim­pang lengkuas yang telah dikeringkan di bawah sinar matahari tak lang­sung, sehingga kadar minyak atsiri yang dikandungnya tidak ku­rang dari 0,5% v/b.
Kadar abu                                : Tidak lebih dari 3,9%
Bahan organik asing            : Tidak lebih dari 2,0%
Efek biologik
Spasmolitik, antiradang (menghambat sintesis prostaglandin), an­tibakteri. Acetoxychavicol acetate dapat mempunyai aktivitas anti­tu­mor.5
Sediaan Farmasi
Tinctura Aromatica, N.F. V. yang ramuannya terdiri atas Manis Jangan (Cinnamomi), Jahe (Z. officinale), Langkuas (A. officinale), Ceng­keh (E. caryophyllata) dan Kapulaga (A. cardamomum).7
Efek yang tidak diinginkan —–
Toksisitas —–
Dosis
Untuk obat panu, 1 jari rimpang segar disayat miring/serong, lalu diu­las­kan pada panu (tidak perlu digosok, sekedar airnya membasahi panu sudah cukup).
Budidaya
Tanaman dapat diperbanyak dengan rimpang atau biji, namun umumnya lebih mudah diperbanyak dengan menggunakan rimpang. Rimpang yang baik untuk bibit adalah bagian ujungnya.9
Pengolahan tanah dilakukan dengan menggemburkan tanah dan di­buat guludan-guludan. Pupuk yang digunakan meliputi pupuk kan­dang, kompos, dan pupuk buatan. Juga diperlukan bahan-bahan kimia untuk pemberantasan gulma.9
Panen dilakukan pada saat tanaman berumur 2½ – 3 bulan, dan ja­ngan lebih tua dari umur tersebut, karena rimpang akan mengandung serat kasar yang tidak disukai di pasaran.9
Kepustakaan
Anonim, 1993, Standard of ASEAN Herbal Medicine., Vol. I., Published by ASEAN Countries., Jakarta, Indonesia., p. 244-255
Backer G.A., and RCB. Bakhuizen, 1965, Flora of Java., Vol. 2., P. Noordhoff, Groningen., The Netherland.
Didik Gunawan, Sri Mulyani, CJ. Sugihardjo., Koensumardiyah, 1989, Empon-empon dan Ta­naman Lain dalam Zingiberaceae., Perhimpunan Peneliti Bahan Obat Alami (PER­HIPBA) Komisariat Yogyakarta bekerja sama dengan IKIP Semarang Press., Semarang.
Hegnauer, R, 1986, Chemotaxonomie der Pflanzen, Band 7, Birkhauser Verlag, Stuttgart., p.781
Kondo, Akira; Ohigashi, Hajime; Murakami, Akira; Suratwadee, Jiwajinda; Koshimizu Koichi, 1996, “1’-Acetoxychavicol acetate as potent inhibitor of tumor promoter-induced Epstein-Barr virus activation from Languas galanga, a traditional Thai condiment”., Journ. Biosc., Biotechnol., Biochem., Vol. 57, No. 8, p. 1344-1335
Lewis W.H; 1977, Medical Botany (plants affecting man’s health), John Willey and Sons, New York, p.300.
Osol A., & Farrar GE., 1955, The Dispensatory of The United States of America., 25th Ed., J.B. Lippingcott Co., Philadelphia., USA., p. 1696
Perry L.M., 1980, Medicinal Plants of East and Southeast Asia : Attributed, Properties, and Uses., The MIT Press., Massachusetts., p. 58, 269, 273, 324, 436, 443
Sastrahidayat I.R; Soemarno D.S.MS; 1986. Budidaya Tanaman Tropika, Penerbit Usaha Nasional, Surabaya, hal. 136-137.
Sri Sugati, Johny Ria Hutapea, 1991, Inventaris Tanaman Obat Indonesia., Jilid I., Balitbang Kesehatan., DepKes RI. Jakarta, p. 32-33
Stecher P.G. (Editor), 1968, The Merck Index : an Encyclopedia of Chemicals and Drugs., Merck & Co, Inc. USA., p. 489. 586, 884
Wichtl M; 1994, Herbal Drug and Phytopharmaceuticals, Medpharm Scientific Publichers, Stuttgart, p.215.
Zoghbi M.C.B; Ramos L.S; Maia J.G.S; Silva M.L; 1984, “Essential oils of some amazonian Zingiberaceae, 3 Genera Alpinia and Rengalmia”., Journal of Natural Product, p.907.

Buk- Kaempferia galanga (Kencur)

Kaempferia galanga L. (Zingiberaceae)

Kencur

Didik Gunawan dkk, 1998, Tumbuhan Obat Indonesia. PPOT UGM

Sinonim

Deskripsi
Tumbuhan herba/terna perenial dengan kumpulan daun berbentuk roset dekat permukaan tanah. Batang semu, pangkalnya membentuk rimpang. Rimpang bercabang-cabang sangat kuat, pada bagian akarnya di beberapa tempat menjadi umbi warna putih, kekuningan, membulat atau memanjang, aromatis, berair dan rapuh. Daun umumnya 2, jarang 1 atau 3, bentuk helai daun bulat panjang (elips) tumbuh mendatar di permukaan tanah..5 Bunga majemuk, panjang sampai 4 cm, terdiri atas 4-12 bunga berwarna putih dengan garis violet, daun pelin­dung 2, sempit. Tandan bunganya tumbuh di pucuk di antara helai daun, da­un mahkota putih, harum, bentuk tabung, benang sari steril bentuk lembaran, berlekatan warna ungu, kepala sari besar.1, 5, 9
Tanaman ini berasal dari daerah tropis Asia. Sekarang banyak tumbuh di Jawa Tengah dan Jawa Timur, ia tumbuh baik pa­da tanah berpasir yang subur. Pada musim kema­rau kehilangan daun-da­unnya, oleh karenanya ha­­rus segera dipanen agar rimpangnya tidak terlan­jur busuk.5

Kegunaan di Masya­ra­kat
Rimpang digunakan untuk bumbu masak, obat batuk dan nyeri dada.7, 9
Minyak atsiri dipa­kai untuk aromaticum, corrigen odoris ataupun sebagai odoransia.
Rimpangnya bersifat analgeticum, yakni bisa meredakan rasa sa­kit pada gigi, sakit kepala ataupun rematik. Juga merangsang keluar­nya angin perut (carminativum), penghangat badan serta sti­mu­lan­sia. Rim­pang yang dimaserasi dengan alkohol digunakan untuk me­ngurut kaki keseleo, otot kaki yang layu ataupun untuk mengencangkan urat-urat / otot-otot.2











Kandungan Kimia
Rimpang mengan­dung minyak atsiri yang tersusun dari mono­ter­penoid, sesquiterpenoid (komponen utama ada­lah ethylesther­cinnamic acid dan ethylesther p-methoxycinnamic acid), borneol, Camphene, p-methoxystirene, l-D3-carene, n-pentadekane, p-methoxystyrene. Di samping itu terdapat pula golongan senyawa flavonoid.2, 3, 6
:
:
:
:


Camphene (C10H16) juga menjadi bahan penyusun minyak atsiri jahe, dan minyak sereh, dan juga ditemui dalam familia Lauraceae.
Borneol
(C10H18O) banyak tersebar di alam sebagai komponen minyak atsiri. Di bidang industri borneol murni bersama juga isoborneol digunakan sebagai bahan baku penyusun parfum dan bahan pengester. Borneol murni bersifat racun, mengakibatkan kekacauan mental dan bingung.8

Sifat-sifat fisika minyak kencur 2:
Bentuk cairan, aromatis, rasa pedas, berwarna kuning jernih sam­pai kuning kotor.
Berat jenis pada 30o —————————– 0,8792 – 0,8914
Rotasi optik spesifik pada 30o :—————- -2o 36′ sampai -4o 30′
Indeks bias pada 30o —————————   1,4773 – 1,4855
Bilangan asam ————————————- 0,5 – 1,3
Bilangan penyabunan ————————–   99,7 – 109,0
Bilangan penyabunan setelah asetilasi —— 110,1 – 116,3
Persyaratan mutu.2
Sebagai obat, bahan ini tersedia dalam bentuk simplisia Kaemp­feriae Rhizome, yaitu rajangan rimpang kencur yang telah dikeringkan di bawah sinar matahari tak langsung atau pemanas lain yang cocok, hingga kadar minyak atsiri tidak kurang dari 2,4%.
Kadar abu ————————————- tidak lebih dari 2,2%
Kadar sari yang larut dalam air ———– tidak kurang dari 14%
Kadar sari yang larut dalam alkohol —– tidak kurang dari 4%
Bahan organik asing ———————— tidak lebih dari 2% 2

Efek Biologik
Cinnamic acid ethylesther
dan p-methoxy-cinnamate bersifat tok­sis terhadap larva Spodophtera littoralis.6

Toksisitas
Memiliki sifat halusinogenik.3
Dosis
Untuk obat batuk ± 5 gram rimpang segar dikunyah mentah sam­pai halus dan lalu ditelan.
Budidaya
Bibit yang ditanam adalah potongan-potongan rimpang yang ber­mata tunas dengan jarak tanam (40-60 cm) sampai (20-60 cm). Tum­buh baik pa­da tanah berpasir yang subur pada guludan dan bedengan yang gem­bur.
Perbanyakan tanaman dengan rimpang yang bermata tunas dengan jarak tanam (40-60 cm) x (20-60 cm).
Penggunaan pupuk kandang sangat dianjurkan pada saat peng­olahan tanah, sehingga pemupukan N dan K diperlukan untuk mening­katkan pertumbuhan tanaman dan pembentukan rimpang serta umbi. Penyiangan gulma perlu dilakukan rutin secara periodik.5


Kepustakaan
1.  Backer G.A., and RCB. Bakhuizen, 1965, Flora of Java., Vol. 2., P. Noordhoff, Groningen., The Netherland.
2.  Didik Gunawan, Sri Mulyani, CJ. Sugihardjo., Kunsumardiyah, 1989, Empon-empon dan Tanaman Lain dalam Zingiberaceae., Perhimpunan Peneliti Bahan Obat Alami (PERHIPBA) Kom. Yogyakarta., IKIP Semarang Press., Semarang. P. 38-40
3.  Duke, J.A., 1985, CRC-Handbook of Medicinal Herbs., CRC-Press Inc., Boca Raton., p. 259
4.  Nadkarni A.K;1954, Indian Materia Medica., 3rd Edition, Dhoota papeswar, Prakashan Ltd; p.217
5.  Ika Sastrahidayat R; Soemarno D.S., 1991,  Budidaya Tanaman Tropika, Penerbit Usaha Nasional, Surabaya. p. 133.
6.  Pandji C; Grimm C; Wray V; Witte L; Proksch P; 1993. Insecticidal constituents from four species of the Zingiberaceae, Phytochemistry, p.415-419
7.  van Steenis, M.J., 1953, Select Indonesian Medicinal Plants, Organization for Scientific Research, p.50
8.  Stecher P.G. (Editor), 1968, The Merck Index : an Encyclopedia of Chemicals and Drugs., Merck & Co, Inc. USA., p. 161 & 198
9.  Tjitrosoepomo G; 1994. Taksonomi Tumbuhan Obat-obatan, Gadjah Mada University Press. p.433.

Buk- Euphorbia hirta (Patikan Kebo)

Euphorbia hirta L. (Euphorbiaceae)

Patikan Kebo

Didik Gunawan dkk, 1998, Tumbuhan oBat Indonesia., PPOT UGM.

Sinonim
Deskripsi
Merupakan herba menahun. Batang lunak, hijau coklat ungu, tidak begitu kuat menyangga daun, hingga tumbuhnya seperti menjalar, beruas, bulat, berbulu, bergetah banyak, putih. Daun tunggal berbentuk taji berhadapan dan berbulu, permukaan helai atas dan bawah berbulu, ujung dan pangkalnya runcing, tepi bergerigi, pertulangan menyirip, tangkai 2-4 cm. Bunga tumbuh di ketiak daun, kelopak bentuk cawan, ungu hijau, mahkota berambut. Buah kotak, biji kecil coklat.9, 10
Sering tumbuh liar di dataran rendah hingga dataran tinggi dengan ketinggian sampai 1400 m d.p.l. pada tanah yang tidak terlalu lembab, dan biasanya berumpun.2, 6

Kegunaan di Masya­ra­kat
Rebusan (dekokta) tanaman ini biasanya digu­nakan untuk pengobatan gangguan pernapasan me­na­hun (asma) dan gangguan pengelihatan. Juga di­gunakan untuk obat batuk dan sariawan. Di Ni­geria di­gu­nakan pada penyembuhan luka, untuk pengobatan yang disebabkan karena mikroba antara la­in gonorhhoea, disen­tri.1, 10
Kandungan kimia
Mengandung 2% xanthorhamnin. Getahnya mengandung euphorbon (zat yang menyebabkan gatal-gatal pada kulit, bagi yang ti­dak tahan). Herba kering mengandung asam galat, quercetin, triacontane, phytosterol, phytosterolin, jambulol, melissic, gallic, palmitic, linolic, oleic acids, ellagic acid, senyawa fenolik C28H18O15 dan euphosterol C25H39OH. Juga dilaporkan mengandung taraxerol t.l. 275-277oC dan taraxeron t.l. 237-238oC.7, 11
Euphorbia hirta
Xanthorhamnin (7-methyl­querce­tin-3-rhamninoside C34H42O20) a­da­lah kristal kuning t.l. 195oC, larut dalam air dan alkohol, praktis tidak larut da­­lam eter, ben­ze­na, karbon di­sul­fi­da. Ketika dipanaskan dalam larutan asam sulfat 1% selama 0,5 jam akan terurai menjadi aglikon rhamnetin dan 2 mol. L-rhamnose. Namun bila dihidrolisis dengan enzim rhamnodiastase akan terurai menjadi rhamnetin dan rhamninose. (Cat. : senyawa ini juga terkandung dalam tanaanan Rhamnus infectoria L.).
Pada jenis lain (Euphorbia peplus) ditemukan b-Sitosterol 0,1%, senyawa sterol (belum teridentifisir, 0,005% dengan jarak lebur 204-205°C), triterpenoid (belum teridentifisir 0,05%, dengan jarak lebur 280-281°C) quercetin 0,16%, hyperoside 0,23% kaempferol mono­saccharide 0,36%.4
Akar Euphorbia calyptrata ditemukan: euphol (triterpenoid), caducifolin (diterpene lactone), ingenol-3-hexadecanoate (diterpene), he­lio­scopinolides D dan E, helioscopinolides A dan C.8 Pada jenis lain (Euphorbia sieboldiana) ditemukan golongan se­nyawa diterpene ent-atisane-3b,16a,17-triol, helioscopinolide A (3b-O-acetyl-ent-ati­sane-16a,17-diol), ingenol-20-palmitate.3
Entatisane triol & Ingenol 20-palmitat


Efek Biologik
Ekstrak air Euphorbia hirta L. yang telah dibebaskan dari se­nya­wa lipofilik mempunyai efek analgetik pada susunan syaraf pusat dan mempunyai efek sedatif (dengan takaran 100 dan 400 mg/kg). Di­samping itu ekstrak air bebas senyawa lipofilik mempunyai efek pula sebagai penurun panas, yang diakibatkan karena yeast (dengan takaran 100 dan 400 mg/kg). pada takaran 20-25 mg/kg secara intra peritoneal dan berefek antiradang yang ditimbulkan karena carrageenan dengan takaran 100 mg/kg.5
Ekstrak air bebas senyawa lipofilik mempunyai potensi terhadap Entamorba histolytica dan dapat menghambat per­tum­buhan bakteri Gram positif dan Gram negatif (Staphyllococcus aureus, S.faecalis S.dysentriae, Salmonella typhi, Pseudomonas aeruginosa, Entamuba. Ekstrak batang mempunyai potensi lebih besar dari pada ekstrak bagian lain terhadap bakteri Gram positif maupun bakteria Gram negatif.1
Efek yang tidak Dikehendaki —–
Toksisitas
Herba yang berasal dari tanaman yang tumbuh di daerah tertentu dilaporkan ada yang mengandung racun cyanide (HCN).7, 11
Dosis
Untuk obat batuk dipakai ± 20 gram daun segar direbus dengan 2 gelas air selama 15 menit (dihitung setelah mulai mendidih). Hasil rebusan disaring dan diminum sehari dua kali masing-masing setengah gelas.9
Budidaya —–

Kepustakaan
1.  Ajao A.O; Emele F; Femi-Onadeko B; 1985, “Antibacterial Activity of Euphorbia hirta”., Fitoterapia, Vol. LVI, No.3, p.165-171.
2.  Heyne, K., 1987, Tumbuhan Berguna Indonesia, jilid II (terjemahan), Yayasan Sarana Wanajaya, Jakarta, p.1213-1214
3.  Jia Z., Ding Y., 1991, “New diterpenoids from Euphorbia sieboldiana”., Planta Med., Vol.57, p. 569-571
4.  Khafagy S.M; Gharbo S.A; Abdel Salam N.A; 1975, “Phytochemical Study of Euphorbia Peplus”., Planta Medica, vol.27, p.387-394.
5.  Lanhers M.C; Fleurentine J; Dorfman P; Mortier F; Pelt J.M; 1991. “Analgesic, Antipyretic and Anti-Inflamatory Properties of Euphorbia hirta”.,  Planta Medica, 57, 225-231.
6.  Mardisiswojo S; Radjak mangunsudarso H; 1965, Tjabe Pujang Warisan Nenek Mojang, Cetakan Pertama, Penerbit Prapantja, hal.52.
7.  Perry L.M., 1980, Medicinal Plants of East and Southeast Asia : Attributed, Properties, and Uses., The MIT Press., Massachusetts., p. 143
8.  Speroni E; Colletti B; Minghetti A; Perellino N.C; Guicciardi A; 1991, “Activity on the CNS of Crude Extracts and Some Diterpenoids Isolated from Euphorbia Calyptrata Suspended Culture”., Planta Medica, 57, p.531-535.
9.  Sri Sugati, 1991 Sugati S., Johny Ria Hutapea, 1991, Inventaris Tanaman Obat Indonesia., Jilid I., Balitbang Kesehatan., DepKes RI. Jakarta., p. 244-245
10.  van Steenis M.J; 1963, Select Indonesian Medicinal Plants, Bulletin No. 18, Organization for Scientific Research in Indonesia, p.22
11.  Watt J.M., & M.G. Breyer-BrandWijk, 1962, The Medicinal and Poisonous Plants of Southern and Eastern Africa., 2nd Ed., E. S. Livingstone Ltd. London., p. 408-411

Buk- Cyperus rotundus (Rumput Teki)

Cyperus rotundus L. Pers. (Cyperaceae)

Rumput Teki

Didik Gunawan dari buku Didik Gunawan dkk, 1998, Tumbuhan Obat Indonesia PPOT UGM

Sinonim
C. odoratus
Osbeck.; C. tenuiflorus Royle.; Heleocharis dulcis (Burm.f.) Trin.
Deskripsi
R
umput semu menahun, tapi bukan termasuk ke­lu­ar­­ga rumput-rumputan (Gra­mi­nae) dapat mencapai ting­gi 10 cm; Rimpang (rhizome) berumbi, batang bentuk segitiga. Daun 4-10 berjejal pada pangkal batang, dengan pelepah daun yang tertutup di bawah tanah, berwarna coklat kemerahan, helaian daun berbentuk garis dengan permukaan atas berwarna hijau tua mengkilat, ujung daun meruncing, lebar helaian 2-6 mm, panjang 10-60 kali lebar. Bunga berbentuk bulir majemuk, anak bulir terkumpul menjadi bulir yang pendek dan tipis, ber­kelamin dua. Daun pembalut 3-4, tepi kasar, tidak merata. Sekam dengan punggung hijau dan sisi coklat, panjang kurang lebih 3 mm. Benang sari 3, kepala sari kuning cerah. Tangkai putik bercabang 3. Buah memanjang sampai bulat telur terbalik, bersegi tiga coklat, panjang 1,5 mm.3
Tum­buh di dataran ren­­dah sampai dengan ke­tinggian 1000 m di atas permukaan laut; banyak tumbuh liar di Afrika Selatan, Ko­rea, Cina, Jepang, Taiwan, Malaysia, Indonesia dan ka­was­an Asia Teng­gara pada umumnya. Tumbuh di lahan pertanian yang tidak terlalu ke­ring (tanahnya ti­dak berbencah-bencah), di la­dang, kebun. Umbi sebe­sar kelingking bulat atau lon­jong, berkerut dan ber­lekuk, agak berduri rasanya, bila diraba. Bagian luar um­bi berwarna coklat dan ba­gi­an dalam berwarna putih, ber­bau seperti rempah-rem­pah, berasa agak pahit.6
Kegunaan di Masyarakat
Pada umumnya yang digunakan sebagai bahan obat adalah bagian umbi yang telah dibersihkan dari serabut yang melekat. Dalam keadaan segar, umbi dimemarkan dan dibubuhkan ke dalam minuman sebagai obat busung air, kencing batu. Air rebusan umbi umumnya digunakan sebagai pengatur haid, menyembuh­kan keputihan.6 Juga bersifat sebagai penenang, antispasmodik, melunakkan feses dan mem­per­cepat pembekuan darah pada luka baru.8

Oleh masyarakat Indian umbi segar digunakan sebagai pilis pe­rangsang ASI, sementara di Vietnam dipakai untuk menghentikan per­darahan rahim. Umbi yang diramu bersama daun Centella asiatica (pe­­gagan) dan umbi Imperata cylindrica (alang-alang) digunakan sebagai diuretikum kuat (untuk melan­carkan buang air kecil).8
Tepung umbi sering digunakan oleh masyarakat Tripoli sebagai bedak dingin dengan aroma yang khas menyegarkan (sedikit berbau mentol, dan karena baunya yang khas, juga sering digunakan sebagai pencuci mulut), ternyata bau tersebut juga berefek sebagai pengusir serangga dan nyamuk, hingga sering dipakai sebagai bedak anti nyamuk.9
Untuk pemakaian luar, umbi digiling menjadi bubuk, lalu dita­bur­kan ke tempat sakit atau dijadikan saleb, ataupun juga diiris tipis-tipis dan ditempelkan ke tempat yang sakit.
Untuk mengatasi busung, kembung atau bengkak bisa dipakai 3 ja­ri rimpang teki yang telah dicuci bersih dan digiling halus, kemudian diseduh dengan setengah gelas air panas, biarkan agak mendingin, sete­lah kira-kira suhunya suam‑suam kuku airnya diambil, lalu diminum, boleh diberi gula batu atau bersama dengan madu. Sehari 3 kali atau lebih . . . bila suka.
Umbi yang telah direbus berasa manis, sering dipipihkan untuk dibuat emping, setelah digoreng dikenal dengan sebutan “emping teki”7.
Kandungan Kimia
cyperon
cyperon
Mengandung 0,45 – 1% minyak atsiri, bobot jenis 0,9829-0,9907, indeks bias 1,5127, memutar bidang polarisasi ke kanan +11,7 hingga +16,1, nilai penyabunan setelah asetilasi 16,5 sampai 98%. Di per­dagangan dikenal dengan nama Cyperiol oil atau Oil of cyperiol atau Oil of Cyperus.1 Minyak atsiri yang berasal dari Cina me­ngan­dung cyperene, pascholenone, sedangkan yang berasal dari Jepang mengan­dung cyperol, cyperene (cyperene I dan cyperene II), a-cyperone, cyperotundone dan cyperulone, disamping itu ditemukan pula alkaloid dan flavonoid, triterpen.4 a-Cyperon me­ru­pakan senyawa seskuiter­pen keton, dan kadarnya dalam minyak at­si­ri sekitar 35-54%. Minyak atsiri yang dikandung dalam umbi ini dila­por­kan me­mi­liki potensi sebagai antibiotik terhadap kuman Staphyllo­coccus aureus.4, 9 Kandungan yang lain berupa karbohidrat, seperti d-glukosa (41,7%), d-fruktosa (9,3%) dan gula tak mereduksi (4%).9
Efek Biologik
Minyak atsiri dapat berefek estrogenik lemah pada tikus. Pada pemberian 0,2 ml setiap 6 jam dapat menimbulkan keratinisasi sel-sel epitel vagina 48 jam kemudian. Pada takaran 0,3 ml dapat ditemukan endapan sel darah putih di antara sel-sel yang terkeratinisasi; hal ini dimungkinkan karena akibat adanya stimulasi minyak atsiri (ke­mung­kinan disebabkan dari cyperene-I). Secara umum kandungan minyak atsiri cyperus rotundus mempunyai efek estrogenik; hal tersebut yang memungkinkan digunakannya pada keadaan menstruasi yang tak teratur.
Ekstrak cair 5% dapat mengurangi kontraktilitas ”uterus terisolir” kucing dan anjing (baik yang hamil maupun yang tidak hamil).
Efek ekstrak etanol yang diberikan dengan takaran 100 mg/kg BB secara intra peritoneal dapat meng­hambat timbulnya pembengkakan yang disebabkan karena carragenin atau formaldehida. Efek tersebut lebih nyata bila dibandingkan dengan 5-10 mg/kg hidrokortison (8 kali lebih kuat).
Ekstrak 20% etanol secara sub kutan dapat berefek menghi­lang­kan rasa sakit dan menurunkan panas badan (efek analgetikum dan antipiretikum); disamping itu juga berefek mengurangi aktivitas pasif mencit mati dan juga berefek sebagai anti emetikum.
Ekstrak etanol herba dapat memberikan efek menurunkan tekanan darah 0,5-1 jam anjing teranestesi pada takaran 20 mg/kg. Efek penurun tekanan darah tersebut dapat pula disebabkan dari ekstrak air yang mengandung alkaloid, flavonoid dan senyawa fenolik.
Minyak atsiri dapat menghambat pertumbuhan Staphyllococcus aureus secara in vitro yang disebab­kan karena komponen minyak atsiri cyperene I dan cyperene II.1, 4, 9
Efek yang tidak diinginkan Belum ada


Toksisitas
LD50 ekstrak etanol herba pada mencit secara intra peritoneal adalah 1500 mg/kg.4

Curcuma xanthorriza (Temulawak)

Curcuma xanthorrhiza Roxb.. (Zingiberaceae)

Temu lawak


Didik Gunawan dkk, 1998, Tumbuhan Obat Indonesia., PPOT UGM.
Sinonim :
Deskripsi
Merupakan semak berimpang, tinggi mencapai 2,5 m. Batangnya semu terbentuk dari pelepah daun yang saling bertautan, lunak, pada pang­kalnya membentuk rimpang besar berwarna kuning muda, globular, kulit rimpang kuning tua atau coklat kemerahan. Daging rimpang orange ke­coklatan; bercabang, dengan warna cabang yang lebih pucat. Bau me­rang­sang, berasa agak pahit. Rimpang terdiri dari rimpang induk ber­ben­tuk bulat telur dengan anakan rimpang yang lebih langsing ber­jumlah 3-4. Daunnya berbentuk oval, tunggal, dengan ujung meruncing, per­mukaan licin dan tepinya rata, pertulangan daun me­nyirip, warna daun hijau de­ngan tulang daun yang di tengah ungu. Bunga tum­buh pada bagian dekat dengan tanah, berupa bu­nga majemuk berbulir, memiliki banyak daun pe­lindung, kelopaknya be­rambut, putih, mahkota juga putih berbentuk ta­bung, benang sari kuning muda.11, 12, 14
Temulawak yang me­ru­pakan tanaman asli Indonesia banyak tum­buh di daerah tro­pis, baik dataran rendah ma­u­pun ting­gi, Di Jawa se­ring tum­buh liar di peka­rang­an-pe­ka­rang­an, ping­gir-ping­gir jalan dan le­­reng-lereng sungai. Rim­­pang­nya menja­di ko­mo­diti penting sejak da­hu­lu se­bagai bahan jamu, peng­­hasil zat war­na, dan aro­ma­tikum.
Kegunaan di Masya­ra­kat
Secara tradisional rim­pang temulawak di­gu­na­kan untuk peluruh batu empedu, pelancar ASI, pelancar pe­ncernaan, penurun panas, pe­luruh batu ginjal, menurunkan kolesterol, dan anti jarawat; Di ma­sya­rakat, biasanya digu­na­kan sebagai penambah nafsu makan.1, 15
Kandungan Kimia
Zat warna kuning 1-2% (Curcumin dan monodesmethoxy-cur­cumin). Minyak atsiri 5% (dengan komponen utama 1-Cyclo­iso­prene­myrcene 85%) Curcuminoid, yang terdiri dari 1,2-2% Curcumin dan monodesmethoxycurcumin). Komponen minyak atsiri lainnya : b-Cur­cumene ar-curcumene, xanthorrhizol, germacron.8, 15
Curcuma xanthorrhiza



Curcumin, atau bis-(4-hydroxy-3-methoxy-cinnamoyl)-methane, C21H20O6 (yang juga dikenal sebagai diferuloyl-methane) adalah kristal berwarna kuning gelap, tidak larut dalam air atau eter, larut dalam alkohol. Dalam larutan basa Curcumin menghasilkan larutan yang ber­warna merah kecoklatan yang apabila ditambahkan larutan asam akan berubah warna menjadi kuning.7, 13
Curcumin, mono
dan bisdesmethoxycurcumin memiliki sifat se­ba­gai antioksidan.16
Efek Biologik
Data penelitian pada hewan uji (anjing) menunjukkan bahwa mempunyai sifat merangsang produksi empedu dan sekresi pankreas.3 Kurkumin dan komponen minyak atsiri yaitu p-tolylmethyl carbinol memberikan efek sinergis. Minyak atsiri mem­punyai sifat choleretic. Ti­dak adanya bisdesmethoxycurcumin di dalam temulawak menun­jang efek tersebut karena pada pemberian secara intravena senyawa ini pada tikus akan menurunkan sekresi empedu.9
Pada uji klinik menunjukkan bahwa ekstrak temulawak mempu­nyai efek menaikkan sekresi empedu dan pankreas.3 Pem­berian ekstrak temulawak dalam etanol 50% pada hewan uji menun­juk­kan bahwa ekstrak tersebut dapat memperbaiki kerusakan sel parenkim hati yang ditimbulkan oleh karbon tetraklorida dan o-galaktosamin.3 Seduhan te­mulawak 400 dan 800 mg/kg.BB. yang diberikan selama 6 hari serta pa­da dosis 200, 400 dan 800 mg/kg.BB. selama 14 hari dapat menu­runkan aktivitas GPT serum dan luas daerah nekrosis akibat pemberian parasetamol dosis hepato­toksik.
Cairan infus temulawak yang diberikan pada dosis rendah ber­ulang kali akan mempercepat kerja usus halus. Sebaliknya pada dosis yang lebih besar akan menghambat atau menghentikan kerja usus halus hewan uji.3 Pemberian serbuk temulawak pada anjing dengan dosis 400 mg/kg selama 3-7 hari dapat menurunkan kadar kolesterol dalam darah dan sel hati.3 Efek yang sama juga ditimbulkan oleh pemberian 0,1 – 0,5% curcumin selama 7 hari pada tikus putih betina.
Curcumin
, natrium curcuminic dan turunan semisintetiknya feru­lo­il 4-hydroxycinnamoilmethane dan bis-4-hydroxycinnamoilmethane mem­punyai efek antiradang pada hewan uji. Disebutkan juga senyawa tersebut dapat menurunkan SGPT yang semula kadarnya meningkat pada proses peradangan. Pada percobaan juga diketahui bahwa sifat toksisitas Curcumin dan turunannya terhadap sel darah dan kemung­kinan timbulnya ulkus (efek ulcerogenic) tidak ditemukan.3
Rebusan rimpang temulawak pada dosis yang setara dengan 1 kali dan 10 kali dosis yang lazim, mempunyai efek diuretik dengan daya kurang lebih separuh dari daya diuretik hydrochlorotiazide 1,6 mg/kg. BB. Ekstrak eter temulawak mempunyai efek anti jamur terhadap Mi­cro­sporum canis, Trichophyton violaceum dan Microsporum gypseum juga terhadap pertumbuhan Candida albican tetapi efeknya lemah.6
Senyawa ester ethyl cinnamate begitu pula para methoxycinna­mate mempunyai daya insektisida terhadap larva Spodoptera letto­ralis pada konsentrasi 2 ml. Senyawa lain yang berperan sebagai insek­tisida adalah xanthorrhizol, ar-curcumene, germacron, furanodieno­ne.8

Efek yang tidak diinginkan
Dosis besar atau pemberian jangka lama akan mengakibatkan iri­tasi membrana mukosa lambung yang menyebabkan timbulnya rasa mual.16 Rasa mual ini dikesan oleh yang bersangkutan sebagai rasa lapar yang sangat (Jw. Kelingsir).
Pemberian kepada pasien penderita batu empedu mengandung resiko terjadi penyumbatan saluran empedu.16
Toksisitas

Dosis
Untuk pelancar ASI digunakan ± 20 gram rimpang segar, diparut, diperas airnya lalu disaring. Hasil saringan ditambah 2 sendok makan madu, diaduk lalu diminum sehari dua kali, pagi dan sore.12
Untuk minuman penyegar digunakan 0,5-1 gram serbuk rimpang yang kasar (tidak terlalu halus) direbus dengan 1-2 gelas air hingga diperoleh 1 gelas rebusan temulawak, kemudian disaring. Untuk me­rang­sang produksi empedu diminum sebanyak 1 cangkir penuh untuk selama sehari. Untuk perut kembung dan merangsang keluarnya angin perut secangkir rebusan diminum sebelum atau selama makan.16

Budidaya
Temulawak tumbuh tersebar luas di Indonesia, di Jawa tumbuh liar di hutan-hutan jati, di tanah yang kering dan padang ilalang atau sengaja ditanam di tegalan. Tanaman ini tumbuh pada ketinggian 5-1500 m di atas permukaan laut. Curah hujan opti­mum 1000-200 mm per tahun., tidak tahan penggenangan. Temulawak merupakan tanaman yang menyukai lingkungan gelap dan lembab tetapi tidak terlalu tergantung pada kondisi tanah. Untuk memperoleh hasil yang baik diperlukan yang subur dan gembur, dengan iklim tipe A, B dan C. Rentang toleransi untuk pertumbuhan berkisar antara 19-35oC.1, 2
Untuk memperbanyak tanaman digunakan rimpang yang sudah cukup tua dari tanaman yang sudah berumur 9 bulan atau tanaman yang sudah gugur daunnya. Potongan bibit rimpang yang mengandung 2-3 tunas dan dijemur selama kurang lebih satu minggu antara jam 8.00 – 12.00 akan memberikan hasil yang lebih tinggi jika dibanding dengan bibit segar. Jarak masing-masing bibit adalah 60 x 60 cm. Pengolahan tanah dilakukan dengan cara mencangkul atau menggarap kira-kira 1 bulan sebelum tanam. Penanaman dengan kedalaman 23-30 cm serta dibuatkan bedengan setinggi 30 cm, panjang 4 m dan lebarnya 2 m. Lubang tanam dibuat dengan ukuran 20-40 cm dan dipupuk dengan pupuk kandang. Pemupukan dengan pupuk kandang dilakukan 2 minggu sebelum tanam, kemudian 4 bulan dan 6 bulan setelah tanam. Pemeliharaan tanaman temulawak terutama berupa penyiangan yang tergantung ada tidaknya gulma. Panenan dilakukan pada umur 9 bulan setelah bagian tanaman yang berada di atas tanah mengering atau gugur. Pada dataran rendah (240 m dari permukaan air laut) produksi rim­pang segar dan patinya akan tinggi; sebaliknya kadar minyak atsiri tertinggi (1,63%) diperoleh di daerah pada ketinggian 1200 m di atas permukaan laut.1, 2, 4
Percobaan budidaya kultur jaringan  di laboratorium me­nunjukkan bahwa dalam medium Ringe dan Nitsch tanpa hormon tidak terbentuk organ tanaman, kalus akan terbentuk kalau tunas ta­naman ditanam pada medium yang ditambahkan 10 mg BA/l dan `5 mg NAA/l. Kalau tunas ditanam pada medium dengan 1 mg BA/l dan 1 mg NAA/l akan terbentuk akar dan batang.5
Penanaman dilakukan dengan cabang-cabang rimpang dengan 1-2 mata tunas yang ditanamkan pada tanah yang digemburkan dengan kedalaman 5-71/2 cm dan jarak tanam 25-30 cm.4


Kepustakaan
1.  Anonim, 1979, Materia Medika Indonesia, jilid III Departemen Kesehatan R.I., hal. 70
2.  Djakamihardja  S., P. Setyadiredja dan Sudjono, 1985, Budidaya Temulawak (Curcuma xanthorrhiza Roxb.) dan Prospek Pengembangannya di Indonesia., dalam Proceedings Simposium Nasional Temulawak., UNPAD., Bandung
3.  Hadi, S., 1985, Manfaat temulawak ditinjau dari segi kedokteran, Proceedings Simposium National Temulawak, UNPAD,Bandung.
4.  Ika Rochdjatun Sastrahidajat & Soemarno, 1991, Budidaya Tanaman Tropika., Usaha Nasional., Surabaya., p. 131
5.  Mukri,Z., Baehaki,A. dan Soedigdo,P., 1985, Kultur Jaringan temulawak (Curcuma xanthorrhiza TM Roxb.) Proceeding Simposium Nasional Temulawak, UNPAD, Bandung.
6.  Oei Ban Liang dkk., 1986, Efek koleretik dan anti kapang komponen Curcuma xanthorrhiza Roxb, Curcuma domestica Val., Konggres Ilmiah VI ISFI, Yogyakarta.
7.  Osol A., & Farrar GE., 1955, The Dispensatory of The United States of America., 25th Ed., J.B. Lippingcott Co., Philadelphia., USA., p. 1659
8.  Pandji C., C. Grimm, V. Wray, L. Witte, P. Proksch, 1993, “Insecticidal Constituents from Species of the Zingiberaceae”.,  Phytochemistry.
9.  Paris, R.R; Moyse M.H; 1981 Matiere Medicale Tome II, Masson, Paris,
10.  Prana, MS., 1985, Beberapa Aspek Biologi Temulawak (Curcuma xanthorriza Roxb.).,  dalam Proceeding Simposium Nasional Temulawak., UNPAD., Bandung.
11.  Sastrapradja S., M. Asy’ari, E. Djajasukma, E. Kasim, I. Lunis, S.H. Aminah L., 1978, Tumbuhan Obat., Lembaga Biologi Nasional., LIPI., Bogor.
12.  Sri Sugati S., & J.R. Hutapea, 1991, Inventaris Tanaman Obat Indonesia., Balitbang Kesehatan., DepKes RI., Jakarta., p. 192-193
13.  Stecher P.G. (Editor), 1968, The Merck Index : an Encyclopedia of Chemicals and Drugs., Merck & Co, Inc. USA., p. 305
14.  Tjitrosoepomo G; 1994. Taksonomi Tumbuhan Obat-obatan, Gadjah Mada University Press. p.429.
15.  Wagner H; 1993, Pharmazeutische Biologie. 5.Aufl. Gustav-Fischer Verlag, p.103
16.  Wichtl, M., 1994, Herbal Drugs and Phytopharmacochemistry., MedPhar Scientific Publishers., CRC-Press., p. 176-178

Buk- Apium graveolens (Seledri).

Didik Gunawan dari berbagai sumber
Sinonim : Oenanthe stolonifera DC.
Deskripsi
Herba tegak, dapat tumbuh lebih dari dua tahun, daun berpangkal pada batang dekat tanah,  bertangkai, dan di bagian bawah sering terdapat daun muda di kedua sisi tangkainya, helaian daun berbentuk lekuk tangan, tidak terlalu dalam, panjang 2-5 cm, lebar 1,5-3 cm, baunya sedap, khas. Batang kaku dan bersiku, berupa batang semu, tinggi tanaman mencapai 25-100 cm. Bunga tersusun majemuk, bertangkai pendek-pendek, bergerombol kecil, berwarna putih sampai hijau keputihan. Buah membulat, panjang 1-2 mm, berwarna coklat lemah sampai coklat kehijauan suram. Tanaman ini sangat mudah dikenal karena secara luas digunakan sebagai sayuran atau lalapan oleh masyarakat di Indonesia.9


Apium (bahasa Latin) berarti beraroma, graveolens (bahasa La­tin) pe­nyebar bau. Dalam perdagangan di­kenal ada 3 macam seledri, ya­itu sele­dri air (A. graveolens var. syl­vestre Alef.); seledri daun (A. gra­veolens var. secali­num Alef.) dan se­ledri putih atau seledri pucat (A. graveolens var. dul­ce. Mill. DC.). Seledri air batang se­munya kecil kurus, berwarna hijau ge­lap, liat dan sulit dipatahkan, tumbuh di tanah yang selalu berair (seperti kangkung), sedang seledri daun (dise­but juga seledri tanah, batang semunya menggembung dan lebih renyah. Dapat tumbuh di tanah kering yang relatif miskin hara. Seledri putih jarang dijumpai di pasar, karena warnanya terkesan tidak segar. Di pasaran internasional (juga ditemui di Indonesia) juga masih ada seledri lain yang jenisnya berbeda dengan ke tiga seledri di atas, yaitu selèdri ge­dhé (bah. Jawa) atau giant celery (A. graveolens var. repaceum Alef.) yang dikembangkan dari Eropa. Sesuai dengan nama­nya, seledri ini, batang dan daunnya besar-besar dan diperoleh dari hasil pemuliaan bibit unggul.4, 6, 9
Banyak ditanam di sawah atau ladang.8 Di kalangan masyarakat tanam­an ini termasuk komoditi sayuran yang sangat populer.
Kegunaan Tradisional di Masyarakat
Secara tradisional herba seledri digunakan sebagai pemacu enzim pencernaan atau sebagai penambah nafsu makan, peluruh air seni dan penurun tekanan darah.1

Disamping itu digunakan pula untuk memperlancar keluarnya air seni, mengurangi rasa sakit pada rematik dan gout, juga digunakan sebagai anti kejang.14 Dekokta biji digunakan untuk mengurangi rasa sakit pada nyeri lambung, rematik dan encok.12 Bijinya juga diyakini memiliki efek sedatif terhadap sistem syaraf sentral. Sering dipakai untuk mengobati penderita bingung.
Selebihnya daun dan batang seledri sangat populer sebagai sayur, lalab untuk penyedap masakan tradisional.
Kandungan Kimia
Seluruh herba (termasuk akar) mengandung glikosida apiin (gli­ko­sida flavon), isoquercitrin dan umbelliferon. Juga mengandung manni­te, inosite, asparagine, glutamine, choline, linama­rose, pro vitamin A, vitamin C dan B.11

Apiin ini ketika masuk ke lambung, oleh pengaruh asam lambung akan pecah menjadi apigenin dan gula. Apigenin ini memiliki efek sebagai penurun tekanan darah (sistole) di dalam tubuh. Kandungan asam-asam dalam minyak atsiri biji antara lain asam-asam resin, asam-asam lemak terutama palmitat, oleat, linoleat dan petroselinat (sebagai komponen utama).11
Senyawa kumarin lain ditemukan dalam biji, yaitu ber­gap­ten, seselin, iso­imperato­rin, aste­nol, isopimpinelin dan apigrafin.5, 13, 14
Daun mengandung minyak atsiri, protein, kalsium, garam fosfat, vitamin A, B, dan C8. Batang, daun dan bijinya mengandung apiin, apigenin. Dalam biji ditemukan alkaloid yang strukturnya belum dapat diidentifikasi.3

Di India, herbanya mengandung zat warna karotenoid total sebe­sar 435 mg/g dan buah/bijinya mengandung tiamin 7,9 g/g.12
Buah atau seledri mengandung 2-3% minyak atsiri, terdiri antara lain 14 :
3-Bu­tyltetrahydrophthalide————————3-Butylhexahydrophthalide
3-Butylphthalide————————————–3-Isovalide­nephthalide
3-Isobutylidene-3a.,4,5,6-tetra­hydro­phtha­lide—3-Propylidenephthalide
3-Isovalidene-3a,4-dihydro­phthalide—————3-Sedanolide
Apiol
Bisabolene
Butyl­phthalide
Butyl­phthalide
Butyl-4,5-dihydrophthalide
Calamenene
Camphene
Carvacrol
b-Caryophyllene
luminal
5-penta­Cyclohexa-1,3-diene
p-Cy­mene
Dihy­dro­carvone
Elemene
a-Elemene
b-Elemene
Elemicine
Farnesene
(E)-b-Farnesene
iso-Furanogermacrene
Humuladienone
Humulene
Iso-cnidium lactone
Li­monene
Z-Ligustilide
Myrcene
Myristicine
Neo­cnidilide
allo-Ocimene
cis-allo-Ocimene
cis-b-Ocimene
trans-b-Ocimene
Pentylbenzene
a-Pinene
b-Pinene
Santalol
Sedaenolide
Sedanonic acid
Sedanolide
Sedanonide
b-Selinene
Senkyunolide
Sesquiterpene acetate
a-Terpinene
g-Terpinene
a-Terpineol
a-Thujene
a-Thujone
Thymol
Tiglate ester
Tricyclene
Valerophenone

Kom­po­nen-komponen minyak atsiri lainnya terdiri dari se­nyawa sejenis kamfor yang tersusun dalam minyak atsiri yang dike­nal sebagai apiol.1
Disamping itu terdapat pula golongan senyawa kumarin : osthe­nol, apigravin, celerin (suatu C-pre­nyl-coumarins), gli­ko­­sida fura­no­coumarins, furocoumarin, apiumetin, rutare­tin, no­dakenetin; golong­an senyawa flavonoid : apigenin iso­que­ci­trin dan golongan se­nyawa alka­loid.
Efek Biologik
Pemberian intravena ekstrak daun seledri pada anjing dapat me­nurunkan tekanan darah normal. Efek hipotensif juga ditunjukkan oleh pemberian intravena pada anjing dan kelinci. Telah dibuktikan pula adanya efek menurunkan tekanan darah pada 16 orang laki-laki berte­kanan darah tinggi yang diberi 40 ml campuran ekstrak seledri dan ma­du atau sirup secara oral 3 kali sehari.

Senyawa ftalid yang ter­kan­dung dalam minyak atsiri biji mem­punyai efek sedatif spasmolitik pada mencit.5, 14
Beberapa pengamatan toksisitas telah dilaporkan berkaitan dengan konsumsi pucuk-pucuk seledri dengan kandungan nitrat tinggi, yaitu 3,2 – 7% bobot kering dapat menyebabkan menurun­nya berat badan sapi di California.
Pekerja di perkebunan seledri mempunyai resiko tinggi terkena penyakit kulit, gatal berbintik-bintik.
Seluruh bagian tanaman berefek menurunkan tekanan darah pada hewan yang dibuat hiper­tensi. Pada pemberian intravena apigenin 10 mg/kg pada anjing dan kelinci dapat menurunkan tekanan darah dari 120 mmHg menjadi 70 mmHg. Efek tersebut dapat dilihat pada anjing dengan hipertensi esensial.
Pemberian per-oral dan intravena cairan segar seluruh bagian tanaman dapat menurunkan tekanan darah anjing maupun sampai sebesar 50%.
Efek penurunan tekanan darah tersebut disebabkan karena terjadi­nya stimulasi pada reseptor kimia (chemoreceptor) pada “carotid bo­dy” dan “aorticarch”. Dan efek ini ada kaitannya dengan sistem sya­raf simpatik.
Apigenin diketahui pula dapat berefek pada pelebaran pembuluh darah perifer. Apiin dan Api­genin yang diberikan peroral dapat merupa­kan antagonis eksitasi mencit yang diberi kokain.
Minyak atsiri biji berefek anti-kejang (tranquilizer dan anticon­vul­sant) pada mencit, sedang­kan alkaloid yang terdapat pada biji seledri mempunyai potensi sebagai penenang dan anti kejang pada mencit. Indeks terapi efek penenang dari-padanya relatif tinggi.
Minyak atsiri biji seledri dapat menghambat pertumbuhan Candi­da albicans dan Histoplas­ma capsulatum. Minyak atsiri seledri bersa­ma dengan asam ferulat mempunyai aksi saling mengu­atkan efek anti jamur.
Bijinya tidak terbukti berpotensi sebagai anti malaria dan seluruh herba juga tidak terbukti berpotensi sebagai antibiotik.12
Sucapigraveol mempunyai peran pada peningkatan jumlah urine dan penurunan urea dari anion klorida.
Komponen terpenoid minyak atsiri dapat menyebabkan kontraksi uterus, baik pada keadaan hamil maupun tidak hamil.3, 10 Alkaloid dan beberapa senyawa kumarin kemungkinan mempunyai efek sebagai tranquilizer.14
Hasil Penelitian Mutakhir
- Kandungan dl-3-n-butilftalida mencegah kerusakan oksidatif dan mengurangi disfungsi mitokondria dalam MPP (+) yang diinduksi penyakit Parkinson (Huang, dkk 2010)

- Karvakrol dan sinamil aldehida dalam seledri bersifat menonaktifkan resisten antibiotik resisten terhadap Salmonella (Rhavinsakhar, 2010)
- Triterpenoid dan flavonoid dari seledri (Apium graveolens) (Zhou dkk, 2010)
- Kandungan kimia dari seledri segar (Zhou dkk, 2009)
- Kandungan bari dari biji seledri menghambat pertumbuhan bakteri Helico­bacter pylori (Zhou D dkk, 2009)
- Seledri sebagai pembunuh serangga (Khater, 2010)
- Seledri sebagai anti oksidan (Jimenez dkk, 2010)
- Minyak atsiri seledri sebagai pengusir serangga (Tuetun, 2010)
- Seledri sebagai pengharum makanan (Kurobayashi, 2010)
- Ekstrak daun seledri sebagai antibakteri dan anti-radang (Mencherini, 2010)
Toksisitas
Dapat menyebabkan iritasi epitel dan menimbulkan reaksi foto­sensitivitas.


Dosis
Biji : 1,3 sampai 5 gram
Budidaya
Seledri ditanam terutama pada daerah ketinggian 1000 – 2100 m di atas permukaan laut, di­perbanyak dengan biji atau anakan rumpun. Biji disebar merata dalam barisan di atas bedengan yang gembur. Jarak antara barisan 25 cm. Biji mulai berkecambah setelah 3 minggu. Kemudian berangsur-angsur diperjarang hingga jarak tanam akhirnya 25 x 25 cm. Tanaman ini tahan hidup sampai lebih dari dua tahun. Penyiangan diperlukan untuk membersihkan gulma dan menggem­burkan tanah.7

Pemupukan nitrogen dilakukan setelah umur 4-5 minggu, kemu­dian disusul lagi 2 minggu berikutnya. Pupuk dapat dilarutkan dalam air siraman atau ditugalkan di dekat tanaman. Diusa­hakan agar rum­pun tanaman tidak terlalu banyak anakannya, karena akan berakibat batang dan daunnya tumbuh kecil-kecil.
Seledri baru dapat dipungut hasilnya pada umur 1,5 bulan (dalam hal ini dipanen daunnya). Tangkai daun yang agak tua dipotong 1 cm di atas pangkal daun. Daun muda dibiarkan tumbuh terus, jangan dipe­tik. Kadang-kadang panen juga dilakukan dengan cara mengambil se­bagian dari anakan rumpun batang.7


Kepustakaan
  1. Anonim, 1985, Materia Medika Indonesia., Jilid I., Departemen Kesehatan RI., Jakarta., p. 14
  2. Anonim, 1988, Application of Gas-Liquid Chromatography to the Analysis of Essential Oils., Part XIV. Monographs for Five Essential Oils Royal Society of Chemistry., Burlington House., Piccadilly, London Wiv OBN., UK Analyst; Vol. 113., p. 1134
  3. Chang, HM., But, PPH., 1986, Pharmacology and Applications of Chinese Materia Medica.,  Vol. 2., World Scientific Publishing Co. Pte. Ltd., Singapore, p. 893-895
  4. Claus EP., 1961, Pharmacognosy., 4th Ed., Lea & Febiger., Philadelphia., p. 203
  5. Duke, J.A., 1985, CRC-Handbook of Medicinal Herbs., CRC-Press Inc., Boca Raton., p. 45-46
  6. Heyne, K., 1987, Tumbuhan Berguna Indonesia., Jilid I (terjemahan)., Yayasan Sarana Wana Jaya, Jakarta., p. 1547-1548
  7. Ika Rochdjatun Sastrahidayat, Soemarno, 1991, Budidaya Berbagai Jenis Tanaman Tropika., Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya., Malang., p. 386-387
  8. Mardisiswoyo S., Radjak Mangunsudarso, H., 1965, Tjabe Pujang Warisan Nenek Mojang., Cetakan pertama, Penerbit Prapantja., p. 59
  9. Ochse J.J., 1977, Vegetables of The Dutch East Indies., English Edition., A. Asher & Co. B.V. Amsterdam., p. 699-702
  10. Osol A., & Farrar GE., 1955, The Dispensatory of The United States of America., 25th Ed., J.B. Lippingcott Co., Philadelphia., USA., p. 1620
  11. Perry L.M., 1980, Medicinal Plants of East and Southeast Asia : Attributed, Properties, and Uses., The MIT Press., Massachusetts., p. 413
  12. Watt J.M., & M.G. Breyer-BrandWijk, 1962, The Medicinal and Poisonous Plants of Southern and Eastern Africa., 2nd Ed., E. S. Livingstone Ltd. London., p. 1033-1034
  13. Wichtl, M., 1994, Herbal Drugs and Phytopharmacochemistry., MedPhar Scientific Publishers., CRC-Press., p. 81-82
  14. Zwaving, 1989, Mid Career Training in Pharmacochemistry., Joint Project between Fakultas Farmasi UGM, Yogyakarta and the Department of Pharmacochemistry Vrij Universiteit, Amsterdam., p. 46-47

semaumu

Dow- Dunia Download.com

Curcuma domestica (Kunir, Kunyit)

Curcuma domestica Val. (Zingiberaceae)

Kunyit


Didik Gunawan, dari buku karyanya Tumbuhan Obat Indonesia
Deskripsi
Terna berumur panjang dengan daun besar berbentuk elip, 3-8 buah, panjang sampai 85 cm, lebar sampai 25 cm, pangkal daun meruncing, berwarna hijau sera­gam. Batang semu hijau atau agak keunguan, tinggi sampai 1,60 m. Perbungaan muncul langsung dari rimpang, terletak di tengah-tengah batang, ibu tangkai bunga berambut kasar dan rapat, saat kering tebalnya 2-5 mm, panjang 16-40 cm, daun kelopak berambut berbentuk lanset panjang 4-8 cm, lebar 2-3,5 cm, yang paling bawah berwarna hijau, berbentuk bulat telur, makin keatas makin menyempit dan memanjang, warna putih atau putih keunguan, tajuk bagian ujung berbelah-belah, warna putih atau merah jambu, bibir bundar telur, warna jingga atau kuning keemasan dengan pinggir coklat dan di tengahnya kemerahan.1Sisik-sisik ibu tangkai sampai pangkal dari bulirnya, berbentuk garis, berbulu kasar, panjang 6-12 cm, lebar 1,75-2,75 cm. Bentuk bunga majemuk bulir itu silindris. Daun pe­lin­dung bunga biasanya berbulu kasar, berwarna putih atau putih kehijauan seragam ka­dang-kadang di bagian ujungnya berbintik-bintik coklat. Mahkota bunga berwarna putih. Labelum bagian tengah berwarna emas, diba­tasi warna merah coklat, atau hampir oranye. Stami­no­dium berben­tuk bulat telur terbalik sempit, elip atau tumpul.3
Ba­gian di dalam tanah berupa rimpang yang mempunyai struktur berbeda dengan Zingiber (yaitu berupa in­duk rimpang tebal berdaging -em­pu- yang membentuk anakan/ rim­pang lebih panjang dan langsing -entik-) warna bagian dalam kuning jingga (pusatnya lebih pucat).9
Kegunaan di Masya­ra­kat
Rimpang kunyit di­gunakan secara tradisio­nal untuk penambah naf­­su makan (misalnya pada ramuan kunir-asem), peluruh em­pe­du, obat luka dan gatal, an­ti radang, sesak nafas, anti diare dan merang­sang keluar­nya angin perut Sebagai obat luar digunakan sebagai lulur kecantikan dan kosmetika.2
Secara umum rimpang kunyit digunakan untuk stimulansia, pem­beri warna ma­sakan, dan minuman serta digunakan sebagai bumbu dapur.9

<

Kandungan Kimia
Zat warna curcuminoid suatu senyawa Diarylheptanoide 3-4% terdiri dari Curcumin, Dihydrocurcumin, Desmethoxy curcumin dan Bisdesmethoxy-curcumin. Minyak atsiri 2-5% terdiri dari seskuiterpen dan turunan Phenylpropane (I) yang meliputi Turmeron, ar-Turmeron, a- dan b-Turmeron, Curlon, Curcumol, Atlanton, Turmerol, b-Bis­abolen, b-Sesquiphellandren, Zi­ngi­beren, ar-Curcumene, Humulen, A­rab­inosa, Fruktosa, Glukosa, Pati, Ta­nin dan Damar.4, 7 serta mineral yaitu Mg, Mn, Fe, Cu, Ca, Na, K, Pb, Zn, Co, Al dan Bi.
<

Efek Biologik
Minyak atsiri mempunyai efek koleretik dan bakteriostatika, se­dangkan kurkuminoid bersifat kolekinetik.4, 7 Penelitian terhadap eks­trak kunyit dalam etanol 50% yang diberikan pada kultur sel hepar yang telah diberi karbon tetraklorida atau galaktosamin sebagai se­nya­wa hepatotoksik menunjukkan adanya perbaikan yang nyata.5 Kunyit diketahui pula mempunyai efek sebagai anti radang, baik lokal maupun sistemik yang ditimbulkan oleh curcuminoid Minyak atsiri kunyit mempunyai aktivitas anti bakteri terhadap Eschericia coli dan anti jamur terhadap Candida albicans.6 Rimpang kunyit mempunyai efek anti fertilitas pada tikus karena adanya minyak atsiri dan curcuminoid, sedangkan efek anti koagulan disebabkan oleh curcu­minoid. Disam­ping itu curcuminoid berefek sebagai anti oksidan dan anti koagulan, sedangkan kandungan minyak atsiri turmeron dan ar-turmeron mem­pu­nyai aktivitas anti serangga (insect repellant). Rim­pang kunyit sen­diri diketahui mempunyai efek anti botulinus.10

Efek yang tidak diinginkan
Belum ada laporan
Toksisitas
Belum ada laporan
Dosis
Belum ada laporan
Budidaya
Kunyit tumbuh ditempat yang terbuka pada tanah ringan seperti lempung berpasir, beriklim panas dan lembab, dengan curah hujan cukup sekitar 2000-4000 mm. Tanah diolah dengan membuat bedengan atau gundukan. Bibit yang berupa rimpang tua ditanam sedalam 7,5-10 cm pada lubang yang dibuat dengan cangkul, dengan jarak tanam 40-60 cm. Pemupukan dengan kalium oksida pada umur 4 bulan. Peme­li­ha­raan lain berupa menyulam, menyiang dan memperbaiki tata air. Hama yang dikenal merusak adalah ulat Kerana diacles dan Udas pesfolus. Jika rimpang kunyit disimpan di gudang, harus dijaga ter­hadap kumbang Lasiodesma serricorne.1

Aspek pengembangan yang lain
Usaha untuk menggunakan kandungan kurkuminoid sebagai zat warna telah dilakukan dengan percobaan untuk pewarna tablet salut gula. Kondisi yang disyaratkan sebagai hasil percobaan ialah harus disimpan dalam botol coklat, terlindung dari cahaya. Studi kelayakan belum pernah dilakukan.




Kepustakaan
1.  Anonim, 1977, Materia Medika Indonesia., jilid I, Departemen Kesehatan R.I.,hal 52
2.  Anonim, 1985, Tanaman Obat Indonesia., jilid I, Departemen Kesehatan R.I., hal.49
3.  Backer G.A., and RCB. Bakhuizen, 1965, Flora of Java., Vol. 2., P. Noordhoff, Groningen., The Netherland.
4.  Hegnauer, R, 1986, Chemotaxonomie der Pflanzen., Band 7, Birkhauser Verlag, Stuttgart, p.783
5.  Kiso Y. Y. Suzuki, N. Watanabe, Y. Oshima, and H. Hikino, 1985, “Antihepatotoxic principles of Curcuma longa Rhizomes”., dalam Proceeding Nasional Temulawak., UNPAD., Bandung.
6.  Oei Ban Liang, 1986, “Efek Koleretik dan Antikapang Komponen Curcuma xanthorrhiza Roxb, Curcuma domestica Val.”., Kongres Ilmiah VI ISFI., Yogyakarta
7.  Paris R.R end Moyse, 1981, Precis de Matiere Medicale., Tome II, Mason, Paris
8.  Schneider, G., 1990 Arzneidrogen (Ein Kompendium fur Pharmazeuten, Biologen und Chemiker)., B.I., -Wissenschaftsverlag., Manheim., p. 205
9.  Tjitrosoepomo G; 1994, Taksonomi Tumbuhan Obat-obatan., Gadjah Mada University Press. p. 426-427
10.  Zwaving, J., 1987, Mid Career Training in Pharmacochemistry., Fakultas Farmasi UGM, Yogyakarta

Cara mudah membuat Nutrisari Instant

CARA MUDAH MEMBUAT NUTRISARI INSTANT
Bahan:
a. Frambos/ vanili sedikit
b. Kesumba warna kuning/orange sckpnya
c. Tepung gula pasir 1/2 kg
d. Air panas 20 cc
e. Asam citrun 20 gram
f. Essence jeruk secukupnya
(bisa juga diganti perasan berbagai jenis  jeruk betulan)
Keterangan :
1. Asam citrun dilarutkan ke dalam air panas, supaya nanti sewaktu dicampur dg gula pasir bisa tercampur, dan campuran ini jangan sampai basah.
Cara Membuat:
1. Frambos dicampur dg kesumba warna, air panas, asam citrun sampai rata.
2. Setelah selesai campurkan tepung gula pasir dg campuran bahan di atas sampai merata benar dg cara sedikit demi sedikit.

Cara Membuat Jahe Instant

Didik Gunawan.
Hari-hari kedepan ini sudah mulai musimnya mhs KKN. Apa yang akan kita kerjakan disana? Mengadakan penyuluhan, bahaya Miras, Narkoba, menanam TOGA……. semua sudah pernah dilakukan oleh kakak2 kelas.
Mengapa tidak dicoba mengajari cara membuat “Jahe Instant”, disamping mudah, para warga pasti akan tertarik, karena hasilnya bisa dijual untuk dijadikan tambahan penghasilan.
Membuat “Jahe Instant” itu sangat mudah, bahan yang diperlukan hanyalah Rimpang Jahe 1/2 kg dan gula pasir 1 kg. Apabila diinginkan bisa ditambah bumbu2 seperti sereh, manis jangan, kapulogo, cengkeh, serutan kayu secang (bisa salah satu atau 2 menurut selera….jangan semua).
Cara membuat :
Rimpang jahe dibakar sekedarnya (jangan lama2, sekedar hanya untuk menghilangkan rasa pahit dan bau “jamu”),
kemudian diparut dan diperas airnya menggunakan saputangan atau kain kasa, ampasnya dibuang, yang kita pakai adalah hasil saringan, air jahe.
Kemudian sediakan air segelas untuk merebus bumbu-bumbu tambahan tadi (tepatnya bukan direbus, tapi di infusa atau di “tim”, yaitu direbus menggunakan pemanas berupa air mendidih (bukan api langsung), selama 15 menit.
Setelah itu disaring selagi panas, maka akan didapatkan rebusan yang jumlahnya kira2 1 gelas. Kalau kurang dari 1 gelas, bisa ditambahkan air panas melewati saringan itu, hingga diperoleh cairan 1 gelas.
Kedua cairan ini dicampur (Hasil infusa dan cairan hasil saringan jahe tadi), lalu ditambahkan gula,
Aduklah sampai semua gula larut, kemudian…..
Taruh di atas api di kompor dan terus diaduk secara kontinyu.
Kalau adonan sudah mulai mengental, maka turunkan dari kompor, ganti pemanasnya menggunakan air mendidih (water bad)…….aduk terus sehingga larutan bergula itu menjadi mengkristal.
Jaadi deh!!!!…mudah to?
.

Camilan Sagon Kelapa

CAMILAN SAGON KELAPA
Bahan:
300 gram kelapa parut panjang, sangrai
250 gram tepung ketan
1/2 sendok teh garam
175 gram gula pasir
50 ml air

Cara membuat:
  1. Campur kelapa, tepung ketan, gula pasir. Basahkan air sedikit-sedikit. Aduk rata.
  2. Ambil 1 sendok makan adonan. Isi ke dalam cetakan oval. Padatkan setebal 1 cm.
  3. Keluarkan adonan dan letakkan di atas kue kering.
  4. Oven 150 derajat Celsius 25 menit sampai kering dan matang.

Camilan Keripik Jagung Keju

Camilan Keripik Jagung Keju
Bahan Keripik Jagung Keju :
  • 200 gram tepung terigu protein sedang
  • 30 gram tepung maizena
  • 30 gram keju cheddar parut
  • 75 gram jagung manis pipil rebus, dihaluskan
  • 1/2 sdt kaldu ayam bubuk
  • 1/2 sdt garam
  • 1 butir telur, dikocok lepas
  • 30 gram margarin
Cara Membuat Keripik Jagung Keju :
  1. Aduk adonan sampai bergumpal.
  2. Giling adonan di gilingan mie. Mulai dari gilingan yang paling tebal(nomor 1). Setalah 2-3 kali giling. Masukkan ke nomor 3. Bagitu seterusnya hinggan digilingan nomor 8.
  3. Potong-potong bergerigi 10X1 1/2 cm.
  4. Goreng dalam minyak yang sudah dipanaskan sampai matang.
Untuk 300 gram
Saji edisi 112/th.

Camilan Kacang Pilus

CAMILAN KACANG PILUS
Bahan:
  1. 1/2 kg tapioka
  2. 400 ml susu murni
  3. 2 butir telur ayam
  4. 150 gr mentega
  5. 10 gr garam
  6. 25 gr gula pasir
  7. 1 sdt soda kue
  8. 1 sdt pengembang roti
  9. minyak goreng seckupnya
Bumbu: (Haluskan)
  1. 3 butir kemiri
  2. 2 sdt garam halus
  3. 7  sdt gula halus
  4. 1/2 sdt pewarna
  5. keju parut secukupnya
Cara Membuat:
  1. kukus tapioka hingga matang atau sangrai sampai berwarna kuning, angkat dan biarkan dingin.
  2. panaskan susu murni bersama campuran menega , garam ddan gula pasir hingga mendidih sambil terus diaduk, angkat.
  3. campurkan soda kue dan pengembang roti, aduk hingga rata. campurkan kedalam adonan tepung sambil diaduk. jika ada adonan yang menggumpal, tekan dengan sendok sayur atau irus  hingga rata. diamkan adonan yang sudah tercampur rata/kental hingga dingin.
  4. kocok telur ayam hingga mengembang, tuang ke dalam adonan sambil di aduk hingga rata.
  5. cetak adonan bentuk butiran-butiran diatas wajan yang telah berisi minyak sayur dingin, dengan  menuangkan  adonan tersebut pada ayakan sambil di goyang-goyang dan keluar dari lubang ayakan.
  6. goreng pilus tersebut dengan menggunakan api kecil hingga mengembang dan matang.  angkat dan tiriskan.
  7. selagi hangat, taburkan bumbu Halus, aduk hingga rata.
  8. sajikan.

Camilan Kacang Balut Tepung

CAMILAN KACANG BALUT TEPUNG
Bosan nonton TV dengan camilan kacang sambal???
Coba kacang balut tepung …
Berikut ini adalah resep membuat kacang balut tepung.
Resep Bahan Kacang Balut Tepung :
  • kacang tanah 500 gram
  • telur ayam 1 butir, kocok
  • garam secukupnya
  • gula halus 4 sendok teh
  • baking powder double acting 1 sendok teh
  • bawang putih 4 siung haluskan
  • tepung kanji/tapioka 350 gram
  • air mendidih kurang lebih 300 ml
  • minyak goreng 1 liter
Cara Membuat Kacang Balut Tepung :
  1. Larutkan 1 sendok makan tepung kanji dengan air mendidih.
  2. Tambahkan telur, garam, gula, baking powder, dan bawang putih, aduk rata.
  3. Tuangi kacang dengan campuran telur, angkat dan tiriskan.
  4. Gulingkan di atas sisa tepung kanji, urap dan ayak hingga rata.
  5. Ulangi kegiatan mencelup dan menggulingkan kacang sebanyak 2-3 kali.
  6. Panaskan 500 ml minyak, masukkan kacang yang tlah dibalut. Aduk-aduk.
  7. Tuang minyak dingin agar kacang tidak pecah, masak hingga kacang setengah matang.
  8. Kecilkan api, masak kacang hingga matang sambil terus diaduk. Angkat dan tiriskan.
  9. Sajikan.
Untuk 700 gram
Tips: Gunakan minyak goreng yang banyak saat menggoreng kacang agar matangnya merata.
Selamat mencoba Resep Kacang Balut Tepung